Rabu, Oktober 2


Jakarta

Kecelakaan di gardu tol Halim dipicu aksi sopir truk ugal-ugalan. Sebelum menghantam gerbang tol, sopir truk itu sudah lebih dulu menabrak Xpander Cross dan Brio.

Kecelakaan terjadi di gerbang tol Halim Utama arah Jakarta. Akibat kecelakaan itu, sejumlah kendaraan tampak rusak parah. Usut punya usut, kecelakaan tersebut dipicu aksi sopir truk yang ugal-ugalan. Sebelum menghantam gardu tol, truk berkelir merah itu diketahui lebih dulu menabrak Brio dan Xpander.

“Bermula kendaraan kendaraan truk kuning BG-8420-VB pengemudi atas nama MI (18) melebihi muatan berisi sofa menabrak kendaraan Brio plat B-2780-TYB dan Xpander hitam E-1505-MR sebelum gerbang tol 300 meter,” jelas Kasat PJR Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Hasby Ristama dikutip detikNews.


Setelah menabrak, bukannya berhenti sopir truk malah lanjut tancap gas dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya truk sampai di gerbang tol dan menabrak kendaraan yang tengah mengantre.

“Selanjutnya truk kuning mengebut dan melewati mobil Brio dan Xpander lanjut mengebut masuk gardu 3 dan menabrak mobil Isuzu pikap Z-8445-AH sampai terpental ke gardu 5,” lanjut Hasby.

Sopir Truk Ugal-ugalan Masih Terus Berulang

Aksi sopir truk ugal-ugalan dan membuat celaka bukan kali pertama terjadi. Sudah ada beberapa kali kecelakaan yang diakibatkan sopir ugal-ugalan dalam berkendara. Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menyebut sopir truk saat ini kurang pemahaman sekalipun sudah mendapat pelatihan. Alhasil kecelakaan pun tak dapat terhindarkan.

Lebih jauh, menurut Sony, sebelum benar-benar direkrut dan dipekerjakan, sopir harus diseleksi secara ketat dan berlapis. Bukan hanya itu, dia juga harus mendapat pendidikan dari yang dasar sampai ke mahir.

“Itu kenapa sudah harus dievaluasi, baik perekrutan dan pelatihan yang harusnya digelar beberapa bulan sekali. Itu harus direfresh sampai dengan tanda tangan perjanjian tanggung jawab kasus kecelakaan,” kata Sony belum lama ini.

Di lain sisi, Ahmad Wildan selaku Senior Investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai pelatihan yang diberikan untuk sopir truk tidak relevan dengan kondisi di lapangan.

Wildan berharap, instansi pelatihan bisa menyusun kurikulum baru yang merujuk pada temuan-temuan masalah di lapangan. Sebab, hal ini yang dipakai di dunia penerbangan. Setiap kali ada masalah atau insiden, KNKT di negara terkait akan membuat laporan ke pusat untuk kemudian dijadikan materi pelatihan.

“Kalau ini diadopsi oleh semua pelatihan di Indonesia, sangat bagus. Jadi lebih dinamis. Ini yang dilakukan dunia penerbangan. Jadi di dunia penerbangan, namanya pelatihan, itu adalah berbasis dari temuan seluruh KNKT di dunia,” tuturnya.

“Di dalam pelatihan kan ada assessment-nya, satu paket. Misalnya abis ada pelatihan, harus ada praktik, jangan hanya bengong dengerin dan dianggap bisa. Kalau bisa, harus buktikan,” sambungnya.

Simak Video “Rekaman CCTV Detik-detik Kecelakaan Beruntun di Tol Halim
[Gambas:Video 20detik]
(dry/din)

Membagikan
Exit mobile version