Minggu, September 29


Jakarta

Film biopik Wage Rudolf Soepratman yang berjudul ‘WAGE’ mengambil latar kecantikan pulau Jawa, salah satunya adalah Kota Lama Semarang.

Destinasi tersebut adalah tempat yang pas menurut sang sutradara John De Rantau. Pemilihan kawasan Kota Lama Semarang itu karena terdapat banyak bangunan tua peninggalan Belanda yang masih cukup terawat baik.

Setelah menetapkan beberapa setting tempat peristiwa terjadi, John dan pihaknya mulai mencari di mana tempat yang pas untuk mereka ulang kejadian itu untuk mendekati situasi aslinya.


“Batavianya dibuat di Kota Tua Semarang, kemudian Tangkuban Perahu saat dia di Bandung dibikin di Magelang, lalu kantor-kantor PID dibikin di Magelang. Karena gedung-gedung Belandanya masih bagus-bagus dan terawat,” katanya dalam kesempatan nobar film WAGE di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (26/9/2024).

“Pasar Senen juga kan dibikin di Kota Tua Semarang. Jadi lokasi yang dipilih adalah Semarang, Gunung Kidul, Magelang, Desa Somogari di Purworejo, rata-rata di Jawa Tengah dan sekitarnya,” sambungnya.

Sebagai informasi, Kota Tua atau Kota Lama Semarang ini adalah kawasan destinasi favorit untuk wisatawan yang berkunjung ke Kota Lumpia itu, tentunya bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda menjadi primadonanya.

Dari laman resmi visitJawaTengah, Kota Lama Semarang merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki bangunan-bangunan tua nan bersejarah peninggalan zaman Hindia-Belanda. Di masa itu, kawasan ini adalah area pusat pemerintahan.

Maka tak heran jika John sebagai sutradara memilih Kota Lama Semarang sebagai bagian dari set pembuatan film sang komponis lagu Indonesia Raya. Dalam kesempatan nobar ini pun dihadiri oleh keluarga dari WR Soepratman.

Cucu dari adik kandung WR Soepratman yakni Gijem Soepratinah yang merupakan Ketua Yayasan Wage Rudolf Soepratman, Budi Harry, menyampaikan harapannya dari film ini adalah agar generasi sekarang lebih mengenal pahlawan, terkhusus pada kesempatan ini adalah WR Soepratman.

“Kami dari yayasan bukan hanya film aja ya tapi karya-karya beliau itu juga harus bisa lestari, jadi generasi Z bisa mengetahui makna lagu dari ciptaannya beliau,” harap Budi.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version