Kamis, Oktober 17


Jakarta

Ribuan burung beo menyerang kota di selatan Provinsi Buenos Aires, Argentina. Setelah ditelusuri, tampaknay mereka marah karena hutan digunduli.

Melansir Oddity Central, Senin (14/10/2024), koloni beo tebing mengepung kota Hilario Ascasubi secara rutin setiap tahun. Suara mereka berisik, sudah begitu datang dan menyebabkan kerusakan senilai jutaan dolar.

Burung beo dikabarkan suka menggigit kabel listrik dan internet. Itu membuat para penyedia layanan internet pun kewalahan untuk menjaga agar jaringan tetap berfungsi dengan baik.


Selain itu, kotoran burung memenuhi trotoar dan jalanan. Begitu pula suara bising yang terus menerus dibuat oleh burung-burung itu di siang dan malam.

Warga mengeluhkan serangan dan akibat dari kedatangan burung beo itu. Apalagi, kondisi semakin memburuk setiap tahunnya karena populasi burung beo terus bertambah.

Kekacauan itu membuat 5 ribu penduduk Hilario Ascasubi kehabisan akal. Mereka menyatakan bahwa tidak bisa terus hidup berdampingan dengan burung-burung tersebut. Namun di sisi lain, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintah setempat.

Para pejabat telah mencoba mengatasi serangan itu, namun tidak ada yang berhasil. Salah satunya menggunakan bom suara serta lampu laser. Namun setelah beberapa saat, mereka menjadi terbiasa dan saat ini tidak terpengaruh.

Burung Dilindungi

Di sisi lain, burung beo tebing adalah spesies yang dilindungi di Argentina. Penanganan yang keras tentunya tidak dapat dilakukan, sehingga penduduk setempat tidak punya pilihan selain bersabar dengan tetangga mereka yang mengesalkan.

Menurut laporan dari Universidad Nacional del Sur (UNS) di Bahia Blanca, setidaknya ada 70 ribu spesimen burung beo tebing yang telah dihitung di Hilario Ascasubi. Saat senja tiba, burung-burung itu akan berkerumun di pepohonan dan kabel-kabel listrik yang membuat langit menjadi gelap.

Saking banyaknya burung beo di sana, bahkan rasionya sekitar 15 ekor burung beo per setiap penduduk kota.

Selama musim panas, burung beo bermigrasi ke selatan, ke tebing Patagonia untuk musim kawin. Lalu mereka kembali dalam jumlah yang lebih besar dan melanjutkan invasi mereka terhadap warga kota.

Karena kawanan itu tidak dapat dibasmi, beberapa orang telah menyerukan relokasi koloni tersebut. Tetapi tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana melakukan hal tersebut, atau ke mana harus membawa kawanan unggas itu.

Terusir dari Habitat

Sementara banyak warga yang mengeluhkan hal itu, para ahli justru menyatakan bahwa burung-burung tersebut adalah kawanan yang justru terusir dari habitat alaminya.

“Terjadi perpindahan, kota-kota mulai tumbuh, mereka mulai dengan pertanian, gandum dan peternakan,” imbuh insinyur pertanian Paolo Sánchez Angonova, yang telah meneliti burung beo tebing sejak 2013.

“Kemudian, dari selatan provinsi Buenos Aires, yaitu distrik Carmen de Patagones ke atas, terjadi penggundulan hutan yang menyebabkan burung beo kehilangan habitatnya. Burung beo itu berasal dari hutan, memakan spesies tanaman dari sana dan berlindung di sana, tetapi ia kehilangan habitatnya karena ekspansi manusia,” kata dia.

Ia menjelaskan burung beo mencari tempat lain untuk menetap dan menemukan bahwa kota-kota seperti Hilario Ascasubi memiliki sumber air minum dan biji-bijian, seperti bunga matahari. Kendati tumbuhan itu bukan menu makanan kawanan beo, tetapi dapat membantu untuk mereka bertahan hidup.

(wkn/fem)

Membagikan
Exit mobile version