Jumat, Oktober 11


Jakarta

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) bicara peluang Indonesia menjadi basis produksi mobil hybrid di pasar global. Mereka menegaskan, sebelum sampai ke level tersebut, ada syarat penjualan yang harus dicapai.

Bob Azam selaku Wakil Presiden Direktur PT TMMIN mengatakan, penjualan mobil hybrid di Indonesia pada semester pertama tahun ini hanya 25 ribuan unit. Maka, hingga akhir 2024, angkanya kemungkinan besar tak sampai 50 ribuan unit.

Padahal, untuk menjadi basis produksi mobil hybrid, penjualannya harus mencapai 100 ribu unit setahun. Nominal tersebut merupakan 10 persen dari total penjualan kendaraan roda empat di Indonesia.


“Jadi, untuk mencapai level investment itu diperlukan 100 ribu unit lah setahun. Kalau sudah 100 ribu unit, Indonesia jadi production base. Makanya kita harus cepet-cepet dan konsisten,” ujar Bob di forum diskusi bersama wartawan di BSD, Tangerang Selatan.

Proses Produksi Toyota di Karawang Foto: Rangga Rahadiansyah/detikOto

Bob menjelaskan, penjualan yang tinggi membuat produsen percaya diri memproduksi mobil hybrid di dalam negeri. Sebab, lokalisasi produk kerap merujuk pada angka permintaan di suatu negara.

“Hybrid kita sudah sampai 50 ribu unit (setahun). Nah kita butuh untuk menganalisa, membangun pabrik itu 100 ribu unit. Jadi walaupun pertumbuhan kita baik, tapi belum cukup untuk sampai ke kondisi bisa melokalisasinya, membentuk ekosistem,” tuturnya.

“Kalau elektrifikasi, lokalisasinya hanya fokus kepada bagian yang memang elektrik. Bukan kayak lokalisasi model konvensional, seperti baterai, PCU dan lain-lain,” tambahnya.

Bob, secara tak langsung juga meminta pemerintah memberikan stimulus agar penjualan mobil hybrid bisa meroket di Indonesia. Sebab, bagaimana pun juga, kendaraan tersebut masuk kategori mobil ramah lingkungan.

“Kita selalu positif (soal peluncuran mobil hybrid baru), cuma butuh support dari pemerintah biar lebih terjangkau,” kata dia.

(sfn/dry)

Membagikan
Exit mobile version