Selasa, Maret 4


Jakarta

Tidak semua lagu berbahasa Arab bisa menjadi selawat. Namun, saat masuk ke Indonesia banyak yang salah kaprah membawakan lagu berbahasa Arab dan menyamakan dengan selawat.

Selawat merupakan permohonan atau doa kepada Allah SWT. Sedangkan lagu berbahasa Arab mempunyai tema luas seperti lagu pada umumnya.

Penyanyi Sulis mengamati kejadian ini. Dia melihat sering terjadi lagu berbahasa Arab disamakan dengan selawat.


“Aku sebenarnya sudah lama dari sejak aku masih remaja, aku sering memberikan informasi, edukasi. Jadi, jangan kita salah kaprah,” kata Sulis di studio Rumpi: No Secret, Jalan Kapten P Tendean, Jakarta Selatan, Senin (3/3/2025).

“Selama ini mungkin kebanyakan masyarakat kita karena tidak ada edukasi, apakah semua yang berbahasa Arab termasuk doa? Apakah semua yang berbahasa Arab termasuk selawat? Kan tidak,” tegasnya.

Salah satu judul lagu berbahasa Arab, yakni Qaddukal Mayyas kerap dibawakan dengan nuansa selawat. Padahal, lirik Qaddukal Mayyas berisikan tentang pujian terhadap seorang wanita. Qaddukal Mayyas bisa dikatakan adalah lagu tema percintaan.

“Sama seperti kita, ada lagu religius, ada lagu dangdut, ada lagu pop, ada lagu rock. Cuma begitu diadopsi masuk ke Indonesia, itu seolah-olah semua yang berbahasa Arab adalah ungkapan doa dan selawat. Itulah salah kaprahnya di sini,” tutur penyanyi religius yang mengawali kariernya dan melejit saat duet dengan Haddad Alwi itu.

Sulis mengingatkan ada baiknya sebelum membawakan lagu berbahasa Arab diberitahukan lebih dulu maknanya. Tidak semua orang memahami makna atau arti dari lagu berbahasa Arab.

“Salahnya lagi, teman-teman yang membawakan lagu ini tidak memberitahukan juga kalau ini bukan lagu salawat, tapi ini lagu cinta. Jadi banyak kan teman-teman yang membawakan lagu-lagu selawat, lagu cinta (berbahasa Arab) di panggung itu dicampur. Misalnya, acara MTQ cuma lagu-lagu yang dibawakan lagu seperti Qaddukal Mayyas tadi (bukan selawat),” tukas Sulis.

(pus/wes)

Membagikan
Exit mobile version