Rabu, September 18


Jakarta

Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menyinggung soal raja Jawa dalam pidato di Musyawarah Nasional (Munas) XI Golkar. Ia menyebut untuk berhati-hati dengan sosok itu.

Lalu, apa arti dari raja Jawa yang kemarin dihembuskan Bahlil saat Munas Partai Golkar bila menilik dari sejarahnya?

Pemerhati sejarah Asep Kambali menafsirkan apa yang diucapkan oleh Bahlil. Katanya, kata-kata itu hanya sebatas candaan politik dan bila diartikan bahwa semua presiden Indonesia berasal dari Suku Jawa.


“Jadi, raja Jawa yang dimaksudkan oleh Bahlil itu sebenernya bukan asli atau bukan pada kenyataannya. Itu kan kalau saya lihat semacam candaan politik ya atau guyonan politik itu,” kata Asep kepada detikcom, Kamis (22/8/2024).

“Jadi tidak betul ada. Hanya istilah, istilah ini merujuk pada kalau saya interpretasikan gitu ya, pada konteks sejarah bangsa kita di mana bahwa setiap pemimpin kita itu selalu orang Jawa,” dia menambahkan.

Meski demikian, ia menyebut bahwa ada presiden yang tidak diakui dan tidak berasal dari Jawa. Jika sekarang Indonesia memiliki tujuh presiden, maka Asep menambahkan dua sosok lagi.

“Jadi pemimpin kita adalah orang Jawa dan mayoritas dari semua presiden Indonesia, semuanya ya. Yang diakui. Walaupun kita punya presiden yang tidak diakui,” dia menegaskan.

“Kalau saya katakan presiden Indonesia ada sembilan, nah yang diakui cuma tujuh. Sembilan itu ada Mr. Assaat dan Safrudin Prawiranegara. Jadi itu di dalam sejarah ya. Tapi yang kita akui cuma tujuh,” ujar Asep.

“Tujuh itu semuanya orang Jawa. Ada satu orang Sulawesi tapi itu wakil presiden, yaitu Jusuf Kalla. Nah, sisanya semuanya orang Jawa,” ia menambahkan.

Terakhir, Asep menyebut bahwa raja Jawa itu memang merujuk pada pemimpin Indonesia terdahulu. Karena hingga kini presiden Indonesia dijabat oleh orang Jawa.

“Jadi istilah raja Jawa itu merujuk pada pemimpin-pemimpin kita dulu, presiden kita dulu adalah orang-orang Jawa, sampai hari ini termasuk Pak Jokowi,” kata dia.

“Nah, dalam konteks konstelasi politik hari ini saya juga melihatnya demikian, begitu. Bahwa “Hati-hati dengan orang Jawa”. Prabowo boleh dikatakan orang Jawa juga ya,” dia menjelaskan.

“Seperti itu. Jadi “kita harus dukung” maksud dari Bahlil itu, “kita harus lanjutkan, jangan main-main nih”. Itu interpretasi saya,” kata Asep.

(msl/wsw)

Membagikan
Exit mobile version