Senin, Juli 8


Jakarta

Sejumlah kasus kematian mendadak terjadi ketika seseorang sedang berolahraga. Terbaru, pebulutangkis muda China Zhang Zhie Jie kolaps dan meninggal dunia karena henti jantung saat bertanding di Kejuaraan Bulutangkis Asia Junior Championship 2024 di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Minggu (30/6/2024).

Sebelumnya, kasus henti jantung saat olahraga juga beberapa kali terjadi, dialami oleh pegiat olahraga rekreasional atau non-atlet profesional. Karenanya, banyak yang bertanya-tanya, apakah olahraga bisa menjadi pemicunya?

Terkait hal itu, konsultan kardiologi intervensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, mengingatkan untuk berhati-hati dalam menarik benang merahnya. Ia menegaskan, olahraga sebenarnya bukan penyebab keparahan suatu penyakit.


“Sebaliknya, olahraga terbukti sejak lama dapat memperbaiki kondisi kesehatan tubuh kita, termasuk dapat memperbaiki status kesehatan sistem kardiovaskular,” tegasnya.

“Yang jadi masalah, sudah tepatkah olahraganya?” lanjut dr Vireza.

Olahraga terbukti sejak lama dapat memperbaiki kondisi kesehatan tubuh kita, termasuk dapat memperbaiki status kesehatan sistem kardiovaskulardr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, – kardiolog

Olahraga pada orang awam, menurut dr Vireza berbeda dengan olahraga pada atlet yang memang didesain dengan diet dan pola latihan yang khusus. Dari sisi kemampuan fisik pun, atlet punya performa yang tidak bisa disamakan dengan orang kebanyakan, walaupun atlit tersebut juga harus mengikuti pola latihan yang telah di buat oleh tim medis agar tetap aman.

“Olahraga yang baik (bagi orang kebanyakan) adalah olahraga yang dilakukan dengan intensitas sedang, bukan olahraga berat,” kata dr Vireza.

Penegasan ini sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO, yang menganjurkan olahraga tipe aerobik dengan intensitas sedang selama 130-300 menit tiap pekan bagi orang dewasa. Anjuran ini setara dengan durasi 30-60 menit sehari sebanyak 3-5 kali sepekan.

Faktor lain yang perlu diperhitungkan adalah kondisi tubuh secara individual. Apabila punya kondisi tertentu misalnya riwayat penyakit jantung, maka porsi dan jenis olahraganya juga perlu disesuaikan.

“Kalau memang perlu, kita periksakan status kesehatan kita di rumah sakit,” saran dr Vireza.

(up/up)

Membagikan
Exit mobile version