Minggu, Juli 7


Jakarta

Kecelakaan melibatkan Porsche 911 Carrera S Cabriolet dan Nissan Grand Livina di Tol Kejapanan ke Porong Sidoarjo, Jawa Timur. Porsche berkelir hijau itu menabrak bagian belakang Nissan Grand Livina.

Kecelakaan dipicu karena pengemudi Porsche ugal-ugalan. Diketahui, pengemudi Porsche bernama Nissan Katama Angkasa masih berusia 18 tahun dan berstatus mahasiswa.

“Pengemudi mobil sport Porshe yang diduga ugal-ugalan itu masih mahasiswa,” kata Kanit PJR Jatim II AKP Puguh Winarno, dikutip detikJatim.


Dalam kecelakaan itu, sopir Porsche hanya mengalami luka ringan. Sedangkan penumpang Grand Livina, Ani Trihandayani, luka berat di bagian leher.

Polisi menyebut pengemudi mobil sport Porsche kurang antisipasi ada kendaraan di depannya sehingga terjadi tabrak belakang. Namun, praktisi keselamatan berkendara sekaligus Founder dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengungkapkan penyebab tersembunyi dari kecelakaan mobil sport yang terus terulang. Salah satunya kesan eksklusif yang dirasakan pengendara mobil sport sehingga mengabaikan keselamatan.

“Kita bicara spesifik kendaraan yang dinilai sebagai kendaraan bermotor eksklusif, kendaraan mahal, well-branded, hanya selected atau VVIP only yang penggunanya. Ini kalau kita tidak memiliki mental yang kuat, mental yang matang, secara psikis ini akan mengintimidasi kita untuk keluar dari karakter kita,” kata Jusri kepada detikOto, Senin (18/3/2024).

“Sehingga orang-orang yang tidak mampu, tidak siap dengan mengontrol kemampuan dirinya, dalam konteks mobil atau motor tenaga besar, karena raungan dan bawaan dari mobil atau motor tersebut, dia tanpa sengaja, tanpa disadari, akan memacu kendaraan tersebut melebihi dari kecepatan yang biasa dilakukan. Karena vibrasinya, vibe-nya, citra, image-nya, macam-macam, itu dia akan memacu kecepatannya melebihi dari kecepatan yang biasa dia lakukan,” jelasnya.

Jika hal itu terjadi, maka pengendaranya akan mudah kehilangan kendali. Sebab, kemampuan diri pengendara dan performa kendaraannya tidak seimbang.

“Pada saat itu, ketika dia mengendalikan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi,maka ada yang miss, yaitu kemampuan dia, bukan kemampuan mobil, kemampuan dia, dalam arti keterampilannya. Dia nggak mampu mengimbangi,harus matching dengan kebutuhan speed pada saat itu. Artinya dia melakukan sesuatu dalam konteks speed di luar kemampuan dia,” ucapnya.

Menurut Jusri, ketika seseorang mengendarai mobil sport bertenaga tinggi yang harganya mahal, maka akan timbul sikap eksklusif, sekalipun mobil itu bukan mobil miliknya. Kesan eksklusif itulah yang bisa menjadi penyebab tersembunyi kecelakaan mobil performa tinggi.

“Kriteria tadi yang muncul dari kendaraannya, entah motor atau mobil, dia akan minta eksklusif.Dia minta orang minggir, dia minta orang tahu, bahkan parkir pun hati-hati, atau menganggap orang lain miskin.Walaupun notabene dia itu pinjam mobil orang, bukan mobil dia,” sebut Jusri.

“Bahkan karena dia meminta eksklusif itu, tanpa dia sadar, secara psikis karena intimidasi dari barang ini ya, dari karakternya, harganya, dan lain-lain,dia bisa membuat sikap-sikap arogansi. Yang berujung ketika arogansi ini tidak di-accept, dia merasa tidak diterima, akan terjadi tindakan-tindakan anarkis mungkin. Itu yang terlihat,” pungkasnya.

Simak Video “Pasang Aksesoris di Dashboard Mobil, Bahaya atau Tidak?
[Gambas:Video 20detik]
(rgr/din)

Membagikan
Exit mobile version