Minggu, September 29


Jakarta

Sejumlah negara melaporkan peningkatan jumlah pasien kanker penis selama beberapa tahun belakangan, salah satunya Brasil.

Menurut Jurnal JMIR Public Health and Surveillance pada 2022, Brasil merupakan salah satu negara dengan tingkat kanker penis tertinggi, yaitu 2,1 per 100.000 pria. Negara bagian Maranhao menjadi wilayah dengan pasien terbanyak sejumlah 6,1 pengidap per 100.000 pria.

Kementerian Kesehatan Brasil mencatat laporan 21 ribu kasus kanker penis pada periode 2012 hingga 2022. Penyakit ini membuat 4.000 pasien meninggal dan lebih dari 6.500 pasien diamputasi.


Menurut para pakar, ada beberapa faktor risiko yang terkait kanker penis, termasuk fimosis atau kondisi medis saat kulup melekat erat pada kepala penis, merokok juga menjadi pemicu kanker penis.

Mauricio Dener Cordeiro dari Persatuan Urologi Brasil (SBU) mengatakan faktor kebersihan juga dapat berkontribusi menyebabkan kanker penis.

“Ketika seorang pria tidak membuka kepala penisnya dan tidak membersihkan kulupnya dengan benar, akan terjadi sekresi [pengeluaran lendir] yang menumpuk,” katanya, dikutip dari BBC.

“Ini menciptakan lingkungan yang sangat menguntungkan bagi infeksi bakteri. Jika ini terjadi berulang kali, itu akan menjadi faktor risiko untuk munculnya tumor,” lanjutnya.

Selain kebersihan, Cordeiro mengatakan infeksi human papillomavirus (HPV) juga termasuk salah satu faktor risiko utama.

Dalam beberapa kasus, HPV dapat menyebabkan kanker mulut dan penis.

“Vaksinasi massal untuk melawan HPV sangat penting karena efektivitasnya yang tinggi dalam mencegah [kemunculan] lesi terkait,” katanya.

Meski begitu, ia menyebut vaksinasi di Brasil masih jauh di bawah tingkat yang dibutuhkan agar benar-benar efektif.

“Di Brasil, meskipun vaksin telah tersedia, tingkat vaksinasi HPV pada anak perempuan masih rendah – hanya mencapai 57 persen, dan untuk anak laki-laki, persentasenya tak melebihi 40 persen. Cakupan ideal untuk mencegah penyakit ini adalah 90 persen,” kata Cordeiro.

Misinformasi terkait vaksin, keraguan soal efektivitasnya, dan kurangnya kampanye vaksinasi telah berkontribusi pada rendahnya tingkat vaksinasi.

Negara yang Mengalami Peningkatan Selain Brasil

Selain di Brasil, jumlah kasus kanker penis juga meningkat di sejumlah negara menurut jurnal JMIR Public Health and Surveillance pada 2022. Jurnal tersebut mempublikasikan hasil analisis skala besar yang melibatkan data terbaru dari 43 negara.

Laporan tersebut menemukan bahwa jumlah kasus kanker penis tertinggi pada periode 2008-2012 ada di Uganda (2,2 kasus per 100,000 pria), disusul Brasil (2,1 kasus per 100.000 pria) dan Thailand (0,1 per 100.000 pria).

“Meskipun jumlah kasus dan angka kematian kanker penis di negara-negara berkembang masih lebih tinggi, jumlah kasusnya meningkat di sebagian besar negara-negara Eropa,” kata tim peneliti yang dipimpin Leiwen Fu dan Tian Tian dari Universitas Sun Yat-Sen, China.

Merujuk laporan mereka, kasus kanker penis di Inggris meningkat dari 1,1 menjadi 1,3 per 100.000 pria pada periode 1979-2009, sementara kasus di Jerman naik 50 persen dari 1,2 menjadi 1,8 per 100.000 pria pada periode 1961-2012.

Angka-angka ini akan semakin tinggi, merujuk prediksi Global Cancer Registries. Diperkirakan, kasus kanker penis global akan meningkat lebih dari 77 persen hingga 2050.

Hal ini utamanya disebabkan populasi yang menua, kata para pakar, yang juga menyebut kasus terbanyak terjadi pada pria di usia 60-an.

“Kanker penis adalah penyakit langka, tapi juga sangat bisa dicegah. Penting bagi pria segala usia untuk mencuci penis mereka dengan sabun dan air setiap hari dan setelah hubungan seksual,” kata Cordeiro.

(naf/naf)

Membagikan
Exit mobile version