Senin, Maret 17

Jakarta

DeepSeek, startup kecerdasan buatan (AI) asal China yang tengah naik daun, dilaporkan memberlakukan kebijakan ketat terhadap karyawannya. Menurut sumber internal, karyawan yang bekerja pada pengembangan model AI diminta menyerahkan paspor mereka dan tidak lagi diizinkan bepergian ke luar negeri secara bebas.

Hingga kini, belum jelas apakah pembatasan ini merupakan inisiatif dari perusahaan atau arahan langsung dari pemerintah China. Di provinsi Zhejiang, tempat perusahaan induk DeepSeek, High-Flyer, bermarkas, pejabat pemerintah setempat kini turut mengawasi aktivitas perusahaan.

Mereka mulai menyaring calon investor sebelum mengizinkan pertemuan dengan eksekutif DeepSeek. Langkah ini diduga bertujuan untuk mencegah kebocoran data sensitif dan akuisisi teknologi oleh pihak asing yang tidak diinginkan.


Kebijakan ini tampak bertolak belakang dengan citra publik DeepSeek yang selama ini dikenal sebagai pendukung sumber terbuka (open-source) dan akses gratis ke model AI. Sejak meluncurkan model R1 yang menjadi terobosan di dunia AI, popularitas DeepSeek melonjak tajam.

CEO DeepSeek, Liang Wenfeng-bukan Luong Van Phong seperti yang kadang keliru disebut-kini bahkan menerima undangan untuk bertemu dengan para pemimpin tinggi Tiongkok. Di saat yang sama, pemerintah daerah di Tiongkok mulai mengadopsi model sumber terbuka DeepSeek untuk mendukung infrastruktur mereka.

Belum ada pernyataan resmi yang mengonfirmasi apakah pembatasan perjalanan ini berasal dari manajemen DeepSeek atau merupakan bagian dari kebijakan pemerintah Tiongkok yang lebih luas. Jumlah karyawan yang terdampak juga masih menjadi tanda tanya. Saat ini, DeepSeek diperkirakan memiliki sekitar 130 karyawan, sementara High-Flyer, dana lindung nilai yang menjadi perusahaan induknya, mempekerjakan sekitar 200 orang.

China Perketat Kontrol Atas Industri AI

Kebijakan ini muncul di tengah upaya China untuk memperkuat kontrol atas industri AI yang dianggap strategis. Awal Maret lalu, The Wall Street Journal melaporkan bahwa otoritas China telah memperingatkan para peneliti dan pengusaha AI ternama untuk membatasi perjalanan ke Amerika Serikat. Alasannya, kekhawatiran akan keamanan nasional dan risiko ekonomi di sektor AI.

Pemerintah Tiongkok disebut mengantisipasi beberapa skenario yang mengancam, seperti kebocoran informasi sensitif ke pihak asing, akuisisi teknologi oleh perusahaan Amerika, hingga kemungkinan penahanan eksekutif AI oleh otoritas AS untuk kepentingan diplomatik. Meski belum ada larangan perjalanan resmi secara menyeluruh, pesan yang disampaikan jelas: eksekutif di industri AI dan sektor strategis lainnya diminta hanya bepergian ke AS atau negara sekutunya jika benar-benar mendesak.

Langkah-langkah ini mencerminkan ketegangan yang meningkat antara Tiongkok dan negara-negara Barat, khususnya AS, dalam perlombaan supremasi teknologi AI. DeepSeek, yang berhasil mencuri perhatian dunia dengan model R1-nya, kini tampak menjadi salah satu aset yang dijaga ketat oleh Beijing. Bagaimana kebijakan ini akan memengaruhi operasional dan reputasi global DeepSeek ke depannya? Waktu yang akan menjawab.

(afr/afr)

Membagikan
Exit mobile version