Minggu, September 22


Jakarta

Jepang menghadapi masalah serius dengan populasinya yang kian menua. Pada peringatan ‘Hari Penghormatan terhadap Orang Lanjut Usia’, acara tersebut dirayakan secara besar-besaran.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (21/9/2024), data pemerintah yang dirilis menjelang acara tersebut menunjukkan populasi Jepang berusia 65 tahun ke atas telah meningkat ke angka tertinggi sepanjang masa, yaitu 36,25 juta jiwa.

Meskipun jumlah penduduk secara keseluruhan di negara ini telah menurun, segmen penduduk berusia 65 tahun ke atas telah meningkat menjadi 29,3% dari jumlah penduduk. Menurut Biro Statistik Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi, statistik itu merupakan yang tertinggi dibandingkan negara mana pun.


Menurut Robert Feldman, penasihat senior di Morgan Stanley MUFG Securities, data tersebut memicu kekhawatiran lebih lanjut mengenai pergeseran demografi dan krisis tenaga kerja di Negeri Matahari Terbit. Survei yang dilakukan Teikoku Databank pada bulan lalu menunjukkan bahwa 51% perusahaan lintas sektor di Jepang merasa kekurangan karyawan tetap.

Ia mencatat kekurangan tenaga kerja banyak dirasakan di industri padat karya seperti jasa makanan. Sementara itu, pada 2023, jumlah pekerja Jepang berusia 65 tahun ke atas meningkat selama 20 tahun berturut-turut mencapai rekor 9,14 juta menurut data Biro Statistik.

Feldman memperingatkan ketika para pekerja lanjut usia mulai pensiun dari dunia kerja, jumlah pekerja muda yang akan menggantikan mereka tidak akan sama. Berdasarkan tren terkini, proporsi lansia di Jepang diperkirakan akan terus meningkat, mencapai 34,8% pada tahun 2040.

Sementara itu, catatan penelitian terbaru dari Feldman dari Morgan Stanley memperkirakan bahwa berdasarkan tren demografi masa lalu, total angkatan kerja bisa turun dari sekitar 69,3 juta pada 2023 menjadi sekitar 49,1 juta pada 2050.

Pemerintah Jepang telah menyadari kerugian ekonomi dan sosial akibat kondisi ini sehingga menyiapkan strategi untuk mengatasinya. Kantor Perdana Menteri Fumio Kishida meluncurkan kebijakan seperti menyediakan lebih banyak dana untuk membesarkan anak dan mendukung lebih banyak fasilitas penitipan anak di negaranya.

Pemerintah daerah bahkan telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung aplikasi kencan publik yang bertujuan mengajak masyarakat Jepang untuk berbaur, menikah, dan memiliki anak.

Namun, peningkatan angka kelahiran tidak akan banyak membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja dalam jangka pendek. Oleh karena itu, Jepang terus membuka diri terhadap pekerja migran, yang mencapai rekor 2 juta pekerja asing pada 2024 dan menargetkan 800.000 pekerja asing lagi dalam lima tahun ke depan.

Simak Video: Warganya Ogah Nikah, Populasi Jepang Alami Penurunan 15 Tahun Berturut-Turut

[Gambas:Video 20detik]

(ily/ara)

Membagikan
Exit mobile version