Minggu, Juli 7


Jakarta

Presiden RI Joko Widodo menyanjung investasi jumbo Hyundai Group di Indonesia. Bukan tanpa alasan, keputusan Hyundai untuk mengambil proyek besar ini bahkan diambil saat masa krisis pandemi Covid-19.

Presiden Jokowi mengapresiasi keputusan Euisun Chung, Executive Chairman Hyundai Motor Group untuk memantapkan niatnya berinvestasi di Indonesia.

“Ini harus saya sampaikan apa adanya, visi dan keberanian dari Chairman Chung yang dalam kondisi Covid, dalam kondisi pandemi beliau berani memutuskan, berani mengeksekusi untuk memulai proyek besar ini,” kata Jokowi di pabrik sel baterai PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024).


“Sekali lagi saya ingin memberikan apresiasi kepada Chairman Chung telah berani memutuskan sesuatu yang penting dalam kondisi pandemi,” tambahnya lagi.

Jokowi menghargai kepercayaan Hyundai untuk berinvestasi di Indonesia. Terlebih nilai investasinya juga sangat besar.

“Saya sangat menghargai investasi Rp 20 triliun dari pabrik mobil Hyundai, kemudian sangat menghargai grand package ekosistem baterai listrik yang terintegrasi yang sebentar lagi kita resmikan pada hari ini yaitu konsorsium antara Hyundai dan LG dengan investasi sebesar Rp 160 Triliun yang diselesaikan secara bertahap. Semoga ini menandai semakin baiknya hubungan antara Korea (Selatan) dan Indonesia,” jelas dia.

Di sisi lain Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil menceritakan tantangan yang dihadapi investasi dari LG dan Hyundai untuk proyek ekosistem kendaraan listrik di Karawang.

“Bapak Presiden dan hadirin semua yang saya hormati, hari ini adalah menandakan babak baru, dimana kita sama-sama menyaksikan proses peresmian pabrik baterai mobil yang terintegrasi. Total investasinya ini 9,8 miliar USD, minus investasi dari Hyundai untuk mobil,” ungkap Bahlil.

Akumulasi nilai proyek ekosistem baterai kendaraan listrik tersebut mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 160 triliun dengan rincian investasi, di antaranya: pengolahan USD 850 juta, pertambangan USD 4 miliar, pre-kursor/katoda USD 1,8 miliar, dan pabrik sel baterai USD 3,2 miliar.

Pabrik sel baterai itu berdiri di atas lahan seluas 330.000 meter persegi dengan dana investasi fase pertama mencapai USD 1,2 miliar. Fasilitas ini bisa menghasilkan sel baterai lithium-ion dengan total kapasitas 10 GWh per tahun untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 150.000 unit Battery Electric Vehicle (BEV).

Pada fase kedua, diharapkan tahun 2025, PT HLI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh. Nilai investasi fase kedua ini menelan biaya sekitar USD 2 miliar.

Sedangkan investasi total termasuk dengan produksi mobil di Indonesia, Bahlil mengungkap Hyundai menggelontorkan angka USD 11-12 miliar, atau dengan kata lain untuk pabrik mobil saja sekitar USD 1,2-2,2 miliar (Rp 19 triliun – Rp 36 triliun).

Hyundai Motors Indonesia (HMID) diketahui sudah mengoperasikan pabrik produksi mobil di Cikarang Pusat, Jawa Barat, pada akhir tahun 2021. Mobil yang sudah diproduksi lokal Creta, Hyundai Ioniq 5, Stargazer, dan terbaru Kona Electric.

“Jadi kalau diakumulasi semuanya (ekosistem baterai dan produksi pabrik mobil), itu kurang lebih sekitar 11-12 miliar USD,” kata Bahlil.

Di luar investasi jumbo tersebut, Bahlil mengungkap tantangannya karena negosiasi berlangsung saat pandemi Covid-19.

“2020 kami ditugaskan Bapak Presiden di era Covid untuk berkomunikasi dengan LG. Dan itu cobaan luar biasa, kami 9 kali ke Korea di era Covid, Pak Erick (Menteri BUMN) ikut. Tiba di Korea nggak bisa tatap muka karena ada kena Covid, jadi rapat lewat hotel,” kata Bahlil.

Bahlil mengatakan, proyek ini akan terintegrasi dari hulu ke hilir. Dengan demikian proyek semacam ini menjadi yang pertama di dunia.

“Setelah kami tanya, apakah di dunia sudah ada membangun ekosistem baterai mobil dari hulu, tambang sampai mobil, ternyata belum ada, dan Indonesia yang pertama melakukan ini,” tambahnya.

(riar/dry)

Membagikan
Exit mobile version