Jumat, Desember 20


Jakarta

Di tengah hiruk pikuk keramaian Stasiun Pasar Senen jelang libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), sekelompok pria berseragam merah berkeliling membawakan barang penumpang. Mereka ada adalah pramuantar alias porter.

Salah seorang porter Pasar Senen, Cherudin, mengatakan selama libur Nataru jumlah penumpang yang naik turun di stasiun mengalami peningkatan cukup signifikan jika dibandingkan dengan hari biasanya. Kondisi ini menurutnya menjadi peluang tersendiri bagi para porter untuk menambah penghasilan.

“Soalnya ini kan libur sekolah, libur cuti bersama juga, mulai hari ini kereta tambahan dijalankan. Jadi kebanyakan kalau ramai, mau Nataru atau Lebaran, kebanyakan porter kumpul,” kata Cherudin kepada detikcom, ditulis Jumat (20/12/2024).


Pria yang sudah menjadi porter di Stasiun Pasar Senen selama 30 tahun itu mengatakan rata-rata bisa membantu membawa barang penumpang hingga 40 kilogram lebih. Caranya bisa dipanggul atau diseret jika penumpang membawa koper.

Namun kalau jumlah barang bawaan penumpang terlalu banyak, Cherudin bisa membawakan barang-barang itu menggunakan troli. Walaupun untuk menggunakan troli ia harus jalan memutar karena posisi dari lobby atau ruang tunggu menuju peron di Stasiun Pasar Senen banyak tangga naik turun.

“Ada 35 kg, kadang 40 kg, kalau terlalu banyak kita pakai troli terus muter jalannya, kalau dipanggul kan kita nggak mungkin,” terangnya.

Tak jarang pula ia menemukan penumpang membawa barang di luar kebiasaan seperti beras dan sayur. Terutama bagi para penumpang yang berasal dari luar Jakarta dan tiba di Pasar Senen.

“Sering kan dari kampung, habis panen mau dibawa ke Jakarta, kadang jagung, kadang petai. Paling berat pernah bawa 45 kg, dua barang, kardus sama karung,” terangnya.

Untuk jasa pengangkutan barang sendiri Cherudin mengatakan para porter tidak mematok harga. Sehingga pendapatan yang mereka terima benar-benar berdasarkan kerelaan hati para penumpang yang mereka bantu.

“Namanya penumpang kan kita nggak berani target harga. Kadang dikasih Rp 20.000, kadang Rp 15.000. Kadang kalau ada rezeki ya Rp 50.000 gitu dari penumpangnya sendiri. Kita sering dikasih penumpang Rp 10.000, Rp 12.000 itu saya terima,” jelasnya.

Porter Pasar Senen Foto: Ignacio Geordy Oswaldo

Namun tak jarang juga usai membantu para penumpang, ia hanya mendapatkan ucapan terima kasih. Meski begitu ia mengaku tidak merasa kecewa karena itu memang sudah menjadi tugasnya.

“Ada yang cuma terima kasih saja, namanya belum rezekinya ya nggak apa-apa. Nggak apa-apa, kita nggak menuntut (uang saja), nggak,” paparnya.

Senada dengan Cherudin, salah satu porter bernama Walijo juga mengatakan Stasiun Pasar Senen memang kerap mengalami lonjakan penumpang jelang libur Nataru. Khususnya saat sudah memasuki masa libur sekolah di akhir Desember hingga awal Januari.

“Biasanya setelah selesai liburan sekolah itu masih tetap ramai, dan setelah anak sekolah masuk sudah mulai berkurang. Anak sekolah libur, anak-anak liburan dari Jawa ke Jakarta, Jakarta ke Jawa gitu,” terangnya.

Selama 20 tahun bekerja sebagai porter di Stasiun Pasar Senen, ia juga mengaku sering mengangkut barang hingga puluhan kilo per penumpang yang dibantunya. Untuk tarif sendiri, ia Walijo juga tidak mematok alias berdasarkan kerelaan hati pelanggan.

Namun ia mengaku jarang menerima penumpang yang hanya mengucapkan terima kasih atas jasanya. Kalau pun dapat biasanya, ia akan mengingatkan penumpang terlebih dahulu untuk memberinya uang jasa. “Kalau yang terima kasih rata-rata, rata-rata kan sih nggak ada yang terima kasih. Paling orang yang nggak tahu, kita paling ‘izin bu, jasanya?’, mungkin karena dia nggak tahu.

(fdl/fdl)

Membagikan
Exit mobile version