Di Bangka, ada jembatan ikonik bernama jembatan Emas. Uniknya, di jembatan ini sama sekali tidak ada emasnya. Emas di jembatan ini ternyata singkatan nama.
Sebelum melintasi jembatan Emas di Pulau Bangka, saya sempat membayangkan akan melihat jembatan yang bersepuh emas murni atau paling tidak berwarna kuning keemasan.
Tapi saya salah. Ternyata nama ‘Emas’ yang melekat pada jembatan yang menghubungkan wilayah Ketapang, Kota Pangkalpinang dan kawasan Lintas Timur, Desa Air Anyir, Kabupaten Bangka itu bukan karena ada unsur emasnya.
Emas adalah singkatan nama Gubernur Bangka Belitung periode 2007-2012 yaitu Eko Maulana Ali-Syamsudin Basari yang telah dianggap sebagai Bapak Pembangunan di provinsi kepulauan itu.
Nama lain Jembatan Emas adalah Jembatan Baturusa II, sesuai dengan nama sungai terpanjang di Pulau Bangka, Sungai Baturusa. Jembatan ini memang berada tepat di atas aliran muaranya.
Terbentang sepanjang 784,5 meter dan lebar 23,2 meter, jembatan megah ini mulai dibangun pada tahun 2010 dan mulai digunakan pada tahun 2017 silam. Lamanya proses pembangunan jembatan antara lain karena terkendala perijinan pemindahan alur kapal.
Saat ini, Jembatan Emas telah menjadi ikon landmark Pulau Bangka dan menjadi daya tarik wisatawan yang ingin menikmati keindahan jembatan maupun pesisirnya. Jembatan ini mudah diakses karena letaknya tak terlalu jauh dari Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang.
Uniknya, Jembatan Emas dibangun menggunakan teknologi cable stayed with bascule yang membuat bagian tengah jembatan dapat terangkat dan memungkinkan kapal-kapal di bawahnya melintas.
Jembatan dengan konsep seperti ini jarang dijumpai di Indonesia, biasanya hanya digunakan pada kawasan yang banyak dilalui kapal-kapal perdagangan saja.
Saya mengunjungi Jembatan Emas beberapa waktu yang lalu ketika bagian tengah jembatan sedang dalam posisi terangkat sehingga saya tidak bisa melintasinya, tetapi jembatan yang dibangun dengaj anggaran mencapai 400 miliar itu terlihat sangat megah dari sisi jalan raya.
Saya memang hanya sempat mengagumi jembatan dari satu sisi saja, tidak berani turun ke pesisir sungai karena kabarnya di bagian bawah jembatan terdapat habitat buaya muara.