Sabtu, Januari 4


Jakarta

Jeju Air dikritik karena hanya menghabiskan 28 menit untuk pemeriksaan pesawat. Durasi itu dianggap tidak cukup untuk memastikan keselamatan armada.

Dikutip dari The Korea Times, Rabu (1/1/2025), pemeliharaan selama 28 menit itu adalah waktu minimum sebuah maskapai melakukan pengecekan terhadap pesawat. Batas waktu itu ditetapkan oleh pemerintah Korea Selatan.

Kendati begitu, maskapai-maskapai besar membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan pengecekan pesawat. Mekanik pesawat mengatakan durasi waktu 28 menit tak cukup untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap armada pesawat.


“Waktu perawatan 28 menit hampir tidak cukup untuk memeriksa lampu peringatan kokpit dan memeriksa secara visual bagian luar untuk mengetahui adanya kerusakan. Kurun waktu ini pada dasarnya hanyalah penelusuran, bukan inspeksi mendetail,” kata seorang mantan mekanik dengan pengalaman lebih dari 10 tahun memeriksa Boeing 737 di maskapai bertarif rendah (LCC).

Jeju Air termasuk di antara maskapai bertarif rendah yang beroperasi di Korea Selatan. Maskapai-maskapai LCC itu dilaporkan sering kali memangkas waktu perawatan pesawat demi meraup keuntungan dengan terus mengoperasikan armada.

Sehari sebelum kecelakaan, pesawat Jeju Air tercatat melakukan penerbangan yang menghubungkan empat kota internasional tanpa jeda yang signifikan.

Pesawat itu terbang dari Muan ke Kota Kinabalu Malaysia, Nagasaki Jepang, Taipei Taiwan, dan Bangkok Thailand.

Padahal, menurut standar industri, pesawat butuh waktu untuk perawatan, pembersihan, dan pengisian bahan bakar di antara penerbangan.

Kendati begitu, pada 27 November, penerbangan Jeju Air tercatat menghabiskan 62 menit di Bandara Internasional Muan sebelum berangkat ke Kinabalu sehingga alokasi waktu untuk pemeriksaan cuma sekitar 28-30 menit.

Para kritikus pun khawatir bahwa Jeju Air dan LCC lainnya lebih memprioritaskan operasional daripada keamanan pesawat.

Pesawat Jeju Air yang terlibat kecelakaan pada Minggu (29/12) ternyata juga pernah digunakan oleh Ryanair, maskapai bertarif rendah Eropa yang dikenal memiliki jadwal penerbangan agresif.

Ryanair selama ini dikenal melakukan perawatan armada dengan sangat minimal. Itu pun membuat para kritikus curiga bahwa Boeing 737 yang diakuisisi Jeju Air punya pengalaman buruk selama dioperasikan Ryanair.

“Ryanair terkenal dengan penerbangan yang padat dan mungkin telah menggunakan pesawat ini secara berlebihan selama pelayanannya. Pesawat tersebut mungkin sudah mencapai batas kemampuannya sebelum Jeju Air mengakuisisinya,” kata orang dalam industri tersebut.

Seorang mantan kepala pemeliharaan di sebuah maskapai besar mengatakan pemeriksaan selama 28 menit itu belum bisa memperhitungkan potensi gangguan yang tersembunyi.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version