Minggu, Oktober 6

Jakarta

Angka infeksi Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) melonjak tinggi di Jepang. Japanese Bacterial Infection ini berpotensi mematikan dan sulit untuk disembuhkan.

Laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Jepang mengungkapkan peningkatan signifikan kasus Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) di negara tersebut. Hingga 2 Juni 2024, tercatat 977 kasus STSS sejak awal tahun, melampaui jumlah kasus selama tahun 2023 yang mencapai 941 kasus.

Seperti yang dikutip dari CBS News pada Jumat (21/6/2024) angka ini hampir dua setengah kali lebih banyak dibandingkan dengan kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat hingga saat ini.


Apa Itu Streptococcal Toxic Shock Syndrome?

STSS adalah infeksi bakteri yang jarang terjadi namun dapat membahayakan nyawa. Kondisi ini disebabkan oleh toksin yang dilepaskan oleh bakteri Streptococcus pyogenes, atau dikenal sebagai Group A Streptococcus (GAS). Meskipun GAS biasanya menyebabkan infeksi ringan seperti sakit tenggorokan dan infeksi kulit.

“Lebih jarang, GAS menyebabkan infeksi pada darah, paru-paru, serta infeksi ‘pemakan daging’. Sekitar 30 hingga 60% orang yang mengalami infeksi paling serius ini akan meninggal karenanya,” jelas Dr Celine Gounder, kontributor medis CBS News, ahli penyakit menular, dan editor untuk kesehatan masyarakat di KFF Health News.

Belum dipahami mengapa infeksi serius ini menjadi lebih umum, kata para ahli, tetapi ada cara untuk membantu mencegah infeksi.

Gejala dan Dampak Streptococcal Toxic Shock Syndrome

Gejala awal STSS meliputi demam, menggigil, nyeri otot, mual, muntah, serta nyeri dan pembengkakan di lengan dan kaki. Dalam waktu 24 hingga 48 jam, tekanan darah rendah dapat berkembang dan menyebabkan komplikasi lebih serius seperti gagal organ, peningkatan detak jantung, dan pernapasan cepat.

“Bahkan dengan pengobatan, STSS bisa mematikan. Dari 10 orang dengan STSS, sebanyak 3 orang bisa meninggal karena infeksi,” kata Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.

Menurut laporan CDC terdapat 395 kasus STSS hingga saat ini di tahun 2024, sedikit meningkat dari 390 kasus yang dilaporkan pada waktu yang sama di tahun 2023.

Faktor Risiko dan Pencegahan Streptococcal Toxic Shock Syndrome

Siapa pun dapat terkena STSS, namun faktor risiko tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terinfeksi, seperti:

  • Usia lanjut. Paling umum pada orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih.
  • Infeksi atau cedera yang menyebabkan luka pada kulit.
  • Faktor kesehatan lainnya, termasuk diabetes dan gangguan penggunaan alkohol.

Untuk mencegah infeksi, vaksinasi terhadap virus cacar air dan influenza dapat membantu mengurangi risiko infeksi GAS yang parah. Selain itu, pemberian antibiotik pada orang yang melakukan kontak dekat dengan penderita infeksi GAS parah juga dapat mencegah penularan.

Sejak akhir 2022, beberapa negara di Eropa seperti Inggris, Irlandia, Prancis, Belanda, dan Swedia juga mengalami peningkatan tingkat infeksi GAS.

“Wabah seperti ini menunjukkan perlunya pengawasan dan pengendalian penyakit menular yang berkelanjutan, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi di seluruh dunia,” kata Gounder.

*Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(fay/fyk)

Membagikan
Exit mobile version