Selasa, Februari 11

Jakarta

Jangkrik merah tua mencolok (Okanagana arctostaphylae) terakhir terlihat pada 1915, saat itu Perang Dunia I memasuki tahun kedua. Lebih dari satu abad kemudian, di tahun 2020, jangkrik tersebut muncul lagi.

Spesies yang dikira sudah punah itu ditemukan seseorang bernama Lucinda Collings Parker, di kebunnya di kaki bukit Sierra Nevada, California, Amerika Serikat. Karena tak mengenali serangga tersebut, ia memotret dan mengunggahnya di forum sains iNaturalist.

Hasil pengamatannya itu kemudian dilihat oleh Will Chatfield-Taylor, seorang ahli entomologi di University of Kansas, yang meneruskannya kepada sekelompok ahli jangkrik, Jeff Cole, rekan peneliti di Natural History Museum of Los Angeles County, dan Elliott Smeds, rekan peneliti di California Academy of Sciences. Ketiganya sepakat bahwa jangkrik yang ditemukan Parker adalah O. arctostaphylae.


Mencari Spesies yang Hilang

Pada hari-hari setelah pengamatan Parker, Smeds berkendara selama berjam-jam melintasi lereng barat pegunungan Sierra Nevada di California dengan jendela mobil terbuka, mendengarkan suara jangkrik. Ia punya gambaran seperti apa suara jangkrik berdasarkan spesies yang berkerabat.

Strategi itu berhasil, tetapi saat pertama kali Smeds melacak mereka, ia hanya dapat mendengar suara dari nyanyian mereka yang berasal dari tebing yang tidak dapat diakses setinggi 6 meter di atasnya. Keesokan harinya, ia menemukan jangkrik memanggil di balik gerbang yang terkunci. Ia beruntung dan bertemu dengan pemilik tanah, yang meskipun sedikit bingung, mengizinkan Smeds untuk mengejar jangkrik di tanah miliknya.

Tak lama kemudian Smeds melihatnya, serangga merah sepanjang 1,5 inci, dengan warna dan penampilan yang dramatis. Mereka akan terlihat mencolok jika tidak hinggap di batang tanaman inangnya yang berwarna merah pula, yaitu semak Manzanita. Beberapa minggu setelah kemunculan mereka kembali, jangkrik itu menghilang lagi. Namun kini para ilmuwan tahu di mana dan kapan harus mencarinya. Dikutip dari National Geographic, jangkrik ini ditemukan lagi pada 2023.

Pencarian yang tekun dan beberapa pengamatan anggota forum iNaturalist yang beruntung mengungkapkan bahwa jangkrik ditemukan di hamparan kaki bukit Sierra barat California yang lebih luas dari yang diperkirakan. Mereka mampu menghindari deteksi selama satu abad karena menghabiskan waktu bertahun-tahun di bawah tanah. Ketika jangkrik dewasa muncul, mereka berada di tengah panas yang menyengat dan di tengah-tengah tumbuhan yang lebat.

“Jangkrik pada dasarnya adalah kutu daun yang tumbuh besar,” kata Cole sambil tertawa.

Seperti kutu daun dan ‘serangga sejati’ lainnya, jangkrik memiliki ‘sedotan’ yang mereka tusukkan ke tanaman untuk menghisap cairan getah.

Mereka juga dicirikan oleh siklus hidup dua bagian. Jangkrik menghabiskan sebagian besar hidup mereka di bawah tanah sebagai nimfa, mengisap sari dari akar. Setelah satu hingga 17 tahun, tergantung pada spesiesnya, mereka keluar dari tanah dan berganti kulit, berubah dari makhluk bawah tanah berbentuk kacang cokelat menjadi serangga dewasa bersayap hingga menjadi serangga paling berisik di dunia.

Tidak seperti rekan-rekan mereka di timur, yang kemunculannya dapat diprediksi beberapa dekade sebelumnya, siklus hidup jangkrik barat masih relatif misterius. Berapa jangkauannya? Kapan mereka akan muncul, dan berapa lama? Banyak spesies memiliki siklus hidup ‘protoperiodik’, yang berarti bahwa beberapa muncul setiap tahun, tetapi ada kemunculan yang jauh lebih besar pada beberapa tahun, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan jangkrik periodik di timur.

Mencari tahu apa yang memicu kemunculan jangkrik protoperiodik di Barat masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab, tetapi hujan merupakan bagian penting dari teka-teki ini. Dari spesies yang diteliti, kemunculan jangkrik protoperiodik dalam jumlah besar terjadi hanya setelah ambang batas hujan tertentu turun selama beberapa tahun.

(rns/fay)

Membagikan
Exit mobile version