Senin, September 16

Jakarta

Masih ada masyarakat yang memilih mengonsumsi air tanah, air sumur, atau air ‘mentah’ dari pipa, untuk kebutuhan minum sehari-hari. Beberapa warga menilai hal itu aman lantaran bakteri maupun kuman dianggap hilang setelah direbus.

Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG) dr Diana Sunardi, MGizi, SpGK(K), menyebut pada dasarnya air yang aman diminum memiliki empat kriteria.

“Untuk air berkualitas itu kan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Tapi yang terakhir, tidak ada kontaminan,” tegasnya dalam AQUA Media Trip di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (23/7/2024).


Mengutip pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dr Diana menyebut keamanan air yang direbus untuk memastikan matinya kuman dan parasit relatif sulit. “Yang paling susah mati itu sebenarnya parasit, Bakteri lebih mudah,” kata dia.

Merebus air ‘mentah’ disarankan dilakukan dalam waktu 15 menit dan pada suhu lebih dari 100 derajat celsius sampai bakteri mati. Meski begitu, air yang direbus juga tidak lantas bebas dari kontaminan.

“Jadi dalam suhu tertentu juga kan harus 100 derajat celcius, sekian lama biar bakteri mati. Parasit lebih lama lagi karena dia ada kapsulnya. Tetapi yang kita lupa adalah kontaminan.

“Kontaminan itu bisa dari bahan-bahan kimia yang mengandung logam berat dan cemaran lingkungan. Itu nggak akan hilang dengan perebusan masalahnya.

Terlebih, memastikan air bebas dari kontaminan memang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Karenanya, dr Diana menyarankan masyarakat berhati-hati lantaran pada sejumlah kasus, kontaminan seperti logam berat kerap memicu kanker.

Bagaimana Bila Air ‘Difilter’?

Seiring perkembangan zaman, alat filtrasi air mulai banyak dilirik. dr Diana menyebut masyarakat bisa-bisa saja menggunakannya untuk mendapatkan kualitas air yang baik, tetapi disarankan untuk memastikan seberapa tinggi efektivitas masing-masing alat.

“Karena kemampuan filtrasinya tuh beda-beda,” tuturnya.

NEXT: Keamanan Air Minum dalam Kemasan

Membagikan
Exit mobile version