Kamis, Oktober 10


Jakarta

Jalan Sabang masih menjadi jujugan pekerja kantoran Jakarta menjelang sore hingga malam. Beragam makanan dijajakan, sayangnya kendaraan berseliweran dengan klakson bersaut-sautan tiap saat menjadi gangguan.

Jalan Sabang di Jakarta Pusat itu ramai dikunjungi mulai pukul 16.00 setiap hari. Traveler bisa menemukan berbagai pilihan makanan mulai dari yang berat hingga ringan. Pedagang kaki lima berjejer, menawarkan beragam kuliner khas Nusantara hingga hidangan ala Barat. Inilah salah satu destinasi wajib bagi para pencinta kuliner di Ibu Kota.

Bagi traveler dari Jabodetabek, rute menuju Jalan Sabang cukup mudah. Setelah transit di Stasiun Manggarai, kamu bisa melanjutkan perjalanan dengan KRL menuju Stasiun Gondangdia. Dari sana, hanya perlu beberapa menit menggunakan ojek online atau berjalan kaki untuk sampai di pusat kuliner ini. Banyak pengunjung yang rela menempuh perjalanan panjang atau bahkan bermacet-macet ria demi mencicipi kelezatan kuliner di Sabang.


Aulya, seorang pengunjung dari Bogor, beberapa kali jajan di Sabang.

“Makanan banyak variasinya, mulai dari makanan ringan sampai makanan berat. Untuk harga cukup sesuai dengan ukuran pedagang kaki lima. Tempatnya juga bersih,” katanya.

Namun, Sabang tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala utama yang sering dikeluhkan pengunjung adalah masalah parkir. Wala, seorang juru parkir yang bertugas di kawasan tersebut, mengakui bahwa keterbatasan lahan parkir sering menyebabkan kemacetan.

“Parkirnya cuma ada di depan sini, jadi bikin macet. Dulu ada parkiran yang dibuka untuk umum di Jakarta Theater, tapi karena jaraknya jauh dan arus lalu lintas satu arah, pengunjung jadi malas parkir ke sana,” ujarnya.

Meski begitu, Wala tetap menilai Sabang sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk dikunjungi.

Wisata kuliner di Jalan Sabang, Jakarta sudah melegenda sejak masa lampau. Namun kondisi jalanan masih tampak semrawut, terutama di jam pulang kerja. (Andhika Prasetia)

Selain masalah parkir, pengunjung juga mengeluhkan tidak adanya fasilitas toilet umum di kawasan ini. Banyak yang terpaksa harus masuk ke kedai-kedai makanan untuk menggunakan toilet. Kondisi ini tentu menyulitkan bagi pengunjung yang datang untuk menikmati kuliner jalanan tanpa harus memasuki tempat makan tertentu.

“Mungkin perlu ada fasilitas umum seperti toilet yang lebih memadai agar pengunjung lebih nyaman,” ujar salah satu pengunjung yang tidak ingin disebutkan namanya.

Meskipun demikian, Sabang tetap menjadi salah satu destinasi kuliner yang terkenal sejak lama. Wala menuturkan bahwa area ini sudah ramai sejak sebelum tahun 2000-an, meski saat itu belum sepadat sekarang. “Dulu juga sudah banyak yang jualan, tapi belum seramai sekarang. Mungkin mulai ramai sekitar tahun 2000-an, sudah mulai banyak pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai jenis makanan,” tambah Wala.

Berbagai ulasan dari pengunjung lainnya juga menyoroti keunikan kuliner Sabang. Fira, seorang pengunjung asal Manado, mengatakan bahwa meskipun tidak ada makanan khas Manado di sini, ia tetap menemukan banyak pilihan makanan yang unik.

“Walaupun beberapa makanan yang ada di sini sering saya temui di tempat lain, ada juga beberapa yang baru saya coba di Sabang,” kata Fira.

Wisata kuliner di Jalan Sabang, Jakarta sudah melegenda sejak masa lampau. Namun kondisi jalanan masih tampak semrawut, terutama di jam pulang kerja. (Andhika Prasetia)

Meta, yang berasal dari Solo, punya pandangan yang sedikit berbeda. Menurutnya, meskipun banyak makanan di Sabang, variasinya masih terbatas pada makanan seperti ketoprak, martabak, dan kuliner Lamongan.

“Sebetulnya masih kurang variasi makanannya, tapi untuk harga sih cukup terjangkau,” kata Meta.

Ia menilai Sabang sebagai tempat yang cocok bagi pencinta kuliner jalanan dengan harga yang ramah di kantong.

Sabang tidak hanya menawarkan kuliner Nusantara, tetapi juga makanan ala Barat. Pengunjung bisa menemukan berbagai pilihan menu, mulai dari makanan jadul khas Indonesia hingga hidangan Western yang kekinian.

Keragaman itu menjadikan Sabang sebagai tempat yang cocok untuk semua selera, baik bagi pecinta makanan tradisional maupun yang ingin mencoba hidangan internasional.

Rafly, pengunjung lain yang datang dari Manado, mengatakan bahwa alasan utama ia datang ke Sabang adalah karena ingin mencoba berbagai variasi makanan yang tersedia di sana.

“Saya datang ke sini karena ingin mencoba banyak variasi makanan yang ada di sini. Sabang menawarkan banyak pilihan yang bikin saya penasaran,” kata dia.

Meski beragam, masih ada ruang untuk peningkatan variasi makanan di Sabang. Beberapa pengunjung merasa bahwa Sabang bisa lebih menarik lagi jika ada lebih banyak makanan dari berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya yang sering ditemukan di tempat lain. Dengan menambahkan lebih banyak kuliner dari berbagai daerah.

Meskipun begitu, Sabang tetap memiliki daya tarik yang kuat bagi para pencinta kuliner. Banyak pengunjung yang kembali lagi ke tempat ini karena suasana yang ramai dan penuh kehangatan, seperti yang diungkapkan Aulya.

“Kalaupun saya kembali ke sini, itu pasti karena kangen suasananya. Sabang selalu ramai dan hangat, bikin kita betah lama-lama di sini,” kata dia.

Dengan sejarah panjang sejak tahun 2000-an, Sabang telah berkembang menjadi pusat kuliner yang menawarkan berbagai jenis makanan. Meskipun masih ada beberapa tantangan seperti parkir dan fasilitas umum, Sabang tetap menjadi destinasi kuliner yang tak boleh dilewatkan bagi siapa pun yang berkunjung ke Jakarta.

Jadi, bagi traveler yang mencari pengalaman kuliner otentik di Jakarta, Sabang adalah pilihan tepat. Dengan suasana ramai dan banyak pilihan makanan yang tersedia, Sabang akan memanjakan lidah dan perut siapa saja yang datang.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version