Selasa, Januari 7

Jakarta

Sekitar 200 juta tahun lalu, benua super terakhir Bumi, Pangea, mulai terpecah. Lempeng tektonik perlahan menggerakkan benua-benua tersebut ke Bumi yang kita kenal sekarang.

Dikutip dari IFL Science, lempeng tektonik ditemukan relatif baru-baru ini. Meskipun ahli meteorologi Jerman Alfred Wegner pertama kali mengusulkan pergeseran benua pada 1912 dan berhipotesis bahwa benua-benua tersebut pernah bergabung dalam sebuah benua super yang ia beri nama Pangea, butuh waktu hingga 1960-an dan teknologi baru seperti pemantau gema dan magnetometer sebelum para ilmuwan yang mempelajari punggungan samudra dapat menjelaskan proses di balik pergerakan kerak Bumi.

Sejak saat itu, ilmuwan telah menyusun model lempeng tektonik, menggabungkan data baru dan sesekali menemukan benua baru. Pada 2019, satu tim mengamati wilayah Mediterania yang dikenal sangat kompleks secara geologis.


“Ini benar-benar kekacauan geologis: semuanya melengkung, rusak, dan bertumpuk,” kata peneliti utama Douwe van Hinsbergen, Profesor Tektonik Global dan Paleogeografi di Departemen Ilmu Bumi di Utrecht University, Belanda.

“Dibandingkan dengan ini, Himalaya, misalnya, merupakan sistem yang lebih ‘sederhana’. Di sana kami dapat mengikuti beberapa garis patahan besar melintasi jarak lebih dari 2000 km,” sebutnya.

Setelah menyelidiki wilayah dari Spanyol hingga Iran selama sepuluh tahun dan merekonstruksinya, peneliti menemukan bahwa Eropa selatan telah berada di atas bongkahan kerak benua seukuran Greenland, yang terpisah dari Afrika lebih dari 200 juta tahun yang lalu.

“Lupakan Atlantis. Tanpa menyadarinya, sejumlah besar wisatawan menghabiskan liburan mereka setiap tahun di benua yang hilang, Greater Adria (Adria Raya),” kata para peneliti.

Sementara sebagian besar benua yang hilang itu tersubduksi ke dalam mantel, potongan-potongan kerak Bumi, khususnya batuan sedimen, kini membentuk pegunungan Apennini, sebagian Pegunungan Alpen, Balkan, Yunani, dan Turki.

“Sebagian besar rangkaian pegunungan yang kami selidiki berasal dari satu benua yang terpisah dari Afrika Utara lebih dari 200 juta tahun yang lalu,” Van Hinsbergen menambahkan.

Meskipun kita tidak akan bisa melihat sebagian besar benua itu tanpa peralatan selam, dengan terumbu karang yang terdeposit di atas sebagian benua yang hilang, sebagian kecilnya masih terlihat.

“Satu-satunya bagian yang tersisa dari benua ini adalah jalur yang membentang dari Turin melalui Laut Adriatik hingga wilayah ‘tumit sepatu bot’ yang membentuk Italia,” rinci Van Hinsbergen.

Penelitian ini juga sedikit menyinggung benua hilang lainnya. Salah satunya termasuk Zealandia, yang baru-baru ini diambil sampelnya setelah tenggelam 100 hingga 80 juta tahun yang lalu.

[Gambas:Youtube]

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version