Sabtu, Oktober 5

Jakarta

Steve Ballmer, mantan CEO Microsoft, adalah salah satu orang terkaya di dunia. Bahkan dengan kekayaan di kisaran USD 134 miliar atau sekitar Rp 2.100 triliun, ia telah menyalip mantan bosnya, Bill Gates. Bagaimana rasanya menjadi anak seorang Steve Ballmer?

Pete Ballmer, salah satu dari tiga putra Steve, menguak bagaimana rasanya tumbuh bersama ayah yang sangat kaya. “Saya merasa sangat tidak nyaman dengan semua ini untuk waktu yang lama,” kata Pete Ballmer dalam wawancara belum lama ini.

Pete adalah seorang stand up comedian berusia 29 tahun yang pernah menjadi manajer di sebuah perusahaan. Dikutip detikINET dari Yahoo, dia mengaku mendapatkan perlakuan istimewa hingga usia pertengahan 20-an.


Dia ingat mengunjungi Patung Liberty bersama keluarganya saat masih kecil dan menyantap makan siang enak di ruang makan eksklusif tepat di sebelah antrean panjang pengunjung yang menunggu untuk memesan makanan. Ya, mereka tak perlu mengantre.

Pete juga mendapat banyak perhatian tidak diinginkan. Di sekolah menengah, ia mengingat ada yang meneriakinya, “Apple lebih baik.”. Saat pertandingan basket, salah satu rekan setimnya mengungkit ayahnya dan berkata, “Saya rela membunuh untuk berada di posisimu.”

Ketidaknyamanan itu berlanjut hingga dewasa. Ketika pertama kali stand-up di kampus, dia mengubah nama panggungnya jadi Pete Bronson agar tidak dikaitkan dengan ayahnya. “Itu bukan sesuatu yang saya ingin jadi bagian dari diri saya. Sungguh bikin frustasi melihat orang-orang menanamkan hal itu pada saya,” cetusnya.

Tentu saja, uang tidak pernah menjadi masalah. Pete mengatakan ayahnya sudah menjadi presiden Microsoft ketika dia lahir dan dipromosikan jadi CEO ketika dia berusia 9 tahun. Sang ayah memberinya persentase layak atas saham Microsoft, bernilai ratusan dan ribuan dolar saat dia berusia 25 tahun.

Dia kerap pergi berlibur bersama keluarga dan dibesarkan di sebuah rumah dengan lima kamar mandi. Ia bahkan meyakinkan ayahnya untuk membeli tim basket LA Clippers.

Namun tak berarti Pete dimanjakan. Ibunya tumbuh di pertanian pedesaan di Oregon dan ayahnya dibesarkan di rumah tangga kelas menengah sehingga mereka mendidik anaknya cukup keras. Saat kecil, dia hanya mendapat uang saku USD 10 seminggu. Ketika beranjak dewasa, dia mengendarai Lincoln Town Car tahun 1998 yang diwariskan ayahnya.

Ballmer mengaku kadang memang menghabiskan banyak uang untuk kenyamanan seperti naik Uber kemana-mana. Ia juga pernah memanfaatkan kekayaan dan pengaruh untuk mendukung karir komedi stand up penuh waktunya.

Kadang ada orang mengatakan dia akan menjadi sangat kaya suatu hari nanti. Bahkan, ada yang bertanya apakah dia senang jika orang tuanya meninggal dunia. Tentu saja dia menjawab tidak.

(fyk/rns)

Membagikan
Exit mobile version