Jakarta –
Pasukan Israel mulai menggempur wilayah Rafah meski dikutuk dunia. Total, sampai saat ini, 27 orang tewas imbas operasi militer tersebut. Darimana Negara Zionis ini mendapatkan senjata untuk menggempur Gaza dan kini Rafah?
“Setidaknya 27 orang, termasuk enam wanita dan sembilan anak-anak, tewas di Rafah sejak Senin malam,” ujar salah satu sumber rumah sakit di kota Gaza selatan, dilansir CNN, Rabu (8/5/2024). Berbagai video dari Rafah menunjukkan aktivitas militer Israel intens di wilayah tersebut. Terutama di Rafah timur dan di sekitar penyeberangan ke Mesir.
Karena kebiadaban Israel, pemerintah Barat yang memasok senjata ke Israel diminta sebagian pihak untuk menghentikan ekspor ke sana. Israel adalah eksportir senjata, namun militernya juga sangat bergantung pada pesawat impor, bom berpemandu, dan rudal untuk kampanye udara paling intens dan destruktif dalam sejarah.
Israel dinilai gagal melindungi warga sipil dan memastikan bantuan kemanusiaan yang cukup. Belum lama ini, Dewan Hak Asasi Manusia PBB mendukung larangan senjata, dengan 28 negara mendukung, 6 menentang dan 13 abstain.
Amerika dan Jerman, yang menyumbang sebagian besar senjata Israel, menentang. Jerman mengatakan hal itu dilakukan karena resolusi tersebut tidak secara eksplisit mengecam Hamas. Dikutip detikINET dari BBC, berikut pemasok senjata terbesar bagi Israel:
Amerika Serikat
AS adalah pemasok senjata terbesar ke Israel, membantunya membangun salah satu negara dengan teknologi militer tercanggih di dunia. Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), AS menyumbang 69% impor senjata konvensional utama Israel antara tahun 2019 dan 2023.
AS memberi Israel bantuan militer tahunan USD 3,8 miliar berdasarkan perjanjian 10 tahun agar sekutunya mempertahankan. “keunggulan militer kualitatif” atas negara-negara tetangga. Israel memakainya untuk membiayai jet siluman F-35 Joint Strike Fighter. Sejauh ini mereka memesan 75 dan menerima sekitar 30 unit. Israel adalah negara pertama selain AS yang menerima F-35 dan yang pertama menggunakannya dalam pertempuran.
Sebagian dari bantuan tersebut, USD 500 juta per tahun, disisihkan untuk pertahanan rudal, termasuk Iron Dome, Arrow, dan David’s Sling yang dikembangkan bersama. Israel mengandalkannya untuk bertahan dari serangan roket, rudal, dan drone oleh kelompok bersenjata Palestina di Gaza, serta kelompok dukungan Iran yang berbasis di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Beberapa hari setelah serangan Hamas, Presiden Joe Biden mengatakan AS meningkatkan bantuan militer ke Israel. Ada dua penjualan militer AS ke Israel yang disetujui darurat, 14.000 amunisi tank senilai USD 106 juta dan USD 147 juta untuk komponen pembuat peluru artileri. Media AS menyebut pemerintahan Joe Biden juga diam-diam melakukan lebih dari 100 penjualan peralatan militer ke Israel, sebagian besar berada di bawah jumlah yang perlu pemberitahuan resmi ke Kongres.
Jerman
Jerman adalah eksportir senjata terbesar berikutnya ke Israel, menyumbang 30% impor antara tahun 2019 dan 2023. Di 2023, penjualan senjatanya ke Israel bernilai USD 351 juta, naik 10 kali dibandingkan tahun 2022. Sebagian besar izin ekspor tersebut diberikan setelah serangan 7 Oktober.
Pemerintah Jerman mengatakan penjualan tersebut terdiri dari peralatan militer dan senjata perang. Menurut kantor berita DPA, jumlah yang terakhir termasuk 3.000 senjata anti tank dan 500.000 butir amunisi untuk senjata api otomatis atau semi-otomatis. Sebagian besar izin ekspor diberikan untuk kendaraan darat dan teknologi pengembangan, perakitan, pemeliharaan dan perbaikan senjata.
Kanselir Olaf Scholz telah menjadi pendukung setia Israel untuk membela diri meskipun sikapnya terhadap tindakan Israel di Gaza telah berubah dalam beberapa minggu terakhir dan terdapat beberapa perdebatan di Jerman. Tapi penjualan senjata sepertinya akan jalan terus.
Italia
Italia adalah eksportir senjata terbesar ketiga ke Israel, namun hanya menyumbang 0,9% dari impor Israel antara 2019 dan 2023. Jumlah tersebut dilaporkan mencakup helikopter dan artileri angkatan laut. Penjualan “senjata dan amunisi” berjumlah USD 14,8 juta tahun lalu.
Ekspor senilai 2,1 juta euro disetujui antara bulan Oktober dan Desember, padahal pemerintah mengklaim memblokir ekspor tersebut berdasarkan undang-undang yang melarang penjualan senjata ke negara yang berperang atau dianggap melanggar HAM. Menhan Guido Crosetto mengatakan Italia menghormati kontrak yang ada setelah memeriksanya dan memastikan tidak menyangkut bahan yang dapat digunakan terhadap warga sipil.
Inggris dan negara lain
Ekspor barang-barang militer Inggris ke Israel relatif kecil,hanya berjumlah USD 53 juta di 2022. Kampanye Menentang Perdagangan Senjata (CAAT) mengatakan sejak 2008, Inggris telah memberikan izin ekspor senjata ke Israel senilai total USD 727 juta.
Sebagian besar dari produk tersebut adalah komponen yang digunakan pesawat tempur buatan AS yang dipasok ke Israel. Namun pemerintah Inggris mendapat tekanan makin besar untuk menangguhkan ekspor. Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan Inggris punya rezim perizinan ekspor yang sangat hati-hati dan mengatakan Israel harus bertindak sesuai hukum kemanusiaan internasional.
Pemerintah Kanada, yang penjualan senjatanya ke Israel senilai USD 15,7 juta pada tahun 2022, mengatakan menunda persetujuan izin baru sampai dapat memastikan senjata tersebut digunakan sesuai aturan dengan hukum Kanada. Namun, izin yang sudah ada sebelumnya tetap berlaku.
Industri Israel
Israel juga membangun industri pertahanan dengan bantuan AS, menduduki peringkat kesembilan eksportir senjata terbesar dunia. Menurut SIPRI, produk Israel menguasai 2,3% penjualan global antara tahun 2019 dan 2023, dengan India (37%), Filipina (12%) dan AS (8,7%) sebagai penerima utama.
Penjualan tersebut bernilai USD 12,5 miliar tahun 2022. Kendaraan udara tak berawak (UAV) menyumbang 25% dari ekspor, diikuti rudal, roket dan sistem pertahanan udara serta sistem radar dan peperangan elektronik.
Bulan September, tepat sebelum perang dimulai, Jerman menyetujui kesepakatan USD 3,5 miliar dengan Israel untuk membeli sistem pertahanan rudal Arrow 3 yang mampu mencegat rudal balistik jarak jauh. Kesepakatan tersebut, terbesar yang pernah dilakukan Israel, harus disetujui oleh AS karena mereka bersama-sama mengembangkan sistem tersebut.
Simak Video “Kunjungi Israel, Menlu AS Bahas Gencatan Senjata untuk Pulangkan Sandera“
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)