Rabu, Oktober 30

Jakarta

Hampir dua dekade yang lalu, tepatnya pada tahun 2005, CEO Intel pernah menawarkan untuk mengakuisisi Nvidia. Tapi ide itu ditolak mentah-mentah oleh dewan direksi mereka.

CEO Intel yang dimaksud adalah Paul Otellini, dan rencana akuisisi Nvidia itu ia ajukan tak lama setelah mulai menjabat. Saat itu, nilai Nvidia adalah USD 20 miliar, dan Otellini membujuk dewan direksi untuk menyetujui rencana tersebut.

Meski USD 20 miliar itu tak ada apa-apanya dibanding kapitalisasi Nvidia saat ini yang mencapai lebih dari USD 3 triliun, namun angka itu tetaplah besar bagi Intel pada tahun itu.


Namun ide tersebut ditolak mentah-mentah oleh dewan direksi karena Intel saat itu berfokus pada arsitektur x86 untuk CPU PC, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (28/10/2024).

Seorang sumber yang dikutip oleh New York Times menyebut Intel melewatkan kesempatan emas untuk mengakuisisi Nvidia. Saat itu Intel bisa dibilang adalah rajanya pembuat chip.

Sebenarnya ada beberapa anggota dewan direksi yang menyadari potensi besar GPU di masa depan, terutama di pasar enterprise dan data center. Namun “suara” anggota ini tak cukup kuat untuk meyakinkan dewan direksi.

Otellini pun memilih untuk tak ngotot dalam mengajukan rencananya itu setelah mendapat penolakan. Padahal, mungkin itu adalah salah satu momen penentu dalam sejarah Intel, yaitu jika sampai mereka benar-benar mengakuisisi Nvidia.

Namun penolakan dewan direksi Intel terhadap rencana akuisisi itu bukan tak berdasar. Intel punya catatan buruk terkait merger dan akuisisi, dan nilai akuisisi sebesar USD 20 miliar tersebut akan tercatat sebagai akuisisi termahal yang pernah dilakukan oleh Intel.

Ditambah lagi, Intel sangat digdaya pada era itu. Bahkan seorang eksekutif Intel pernah menyebut pada era itu Intel adalah organisme sel terbesar di Bumi. Maksudnya adalah Intel ia anggap sebagai perusahaan yang punya budaya sangat tertutup dari pengembangan teknologi di luar x86.

Namun kini kondisinya berubah total. Valuasi Nvidia kini sudah melewati angka USD 3 triliun, atau 30 kali lipat valuasi Intel yang kondisinya terseok-seok. GPU — yang menjadi kekuatan utama Nvidia — menjadi komponen penting dalam akselerasi kecerdasan buatan (AI), yang menjadi kunci sukses Nvidia.

(asj/asj)

Membagikan
Exit mobile version