Jakarta –
Penjualan mobil hybrid di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan mobil listrik. Bahkan, selisihnya bisa dua kali lipat lebih. Lantas, apa kata Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengenai fenomena tersebut?
Menurut data Gaikindo, penjualan mobil hybrid secara wholesales mencapai 54.179 unit pada tahun lalu. Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2022 yang hanya mencapai 10.344 unit. Sementara hingga enam bulan pertama 2024, penjualannya sudah di angka 25.807 unit.
Kemudian penjualan mobil listrik selama tahun lalu masih di level 17.051 unit. Sedangkan hingga enam bulan pertama tahun ini, angkanya masih berada di 11.938 unit.
Toyota Prius Hybrid meluncur di GIIAS 2024. Foto: Ridwan Arifin/detikOto
|
Hal tersebut membuktikan, peminat mobil hybrid masih lebih tinggi dibandingkan mobil listrik. Mengapa kondisi itu bisa terjadi?
“Yang pertama adalah bahwa mobil listrik memerlukan infrastruktur khusus. Kemudian yang berikutnya adalah harganya masih lebih tinggi dibanding mobil hybrid,” ujar Yohannes Nangoi selaku Ketua Umum Gaikindo di BSD, Tangerang Selatan.
“Dan masyarakat masih memperhatikan dulu (sebelum membeli kendaraan), intinya ke sana (mobil hybrid). Tapi semuanya terus membaik,” tambahnya.
Nangoi menjelaskan, konsumen di Indonesia belakangan mulai peduli terhadap isu-isu lingkungan. Itulah mengapa, sebagai permulaan dan perkenalan awal, mereka beralih dari mobil bensin ke mobil hybrid.
“Karena memang masyarakat sudah mulai menyadari bahwa yang namanya mobil hybrid itu lebih hemat bahan bakar. Dan emisi gas buangnya lebih baik. Harganya pun mulai kompetitif,” ungkapnya.
|
Lebih jauh, Nangoi memprediksi, kombinasi mobil hybrid dan listrik akan menyumbang penjualan 100 ribu unit tahun ini. Komposisinya, mobil hybrid 70 ribu unit dan mobil listrik 30 ribu unit.
“Kalau kita lihat bahwa mobil hybrid sama mobil listrik itu kira-kira akhir tahun bisa mencapai 100 ribu unit. Kalau penjualan kita tembus 1 juta unit, itu udah 10 persennya kira-kira,” kata Nangoi.
(sfn/dry)