Sabtu, September 28


Kuta

Siapa yang tak mengenal Joger? Sepertinya tak ada wisatawan yang pulang dari Bali tanpa selembar kaus Joger. Perkenalkan sosok di bali berdirinya Pabrik Kata-Kata Ketiga di dunia itu.

Dia adalah Joseph Theodorus Wulianadi atau panggil saja Mr. Joger atau Pak Joger. Sosok laki-laki sederhana yang lahir di Denpasar pada 9 September 1951 malam.

“Saya asli Bali, lahir tanggal 9, bulan 9, 1951 di atas sebuah tempat tidur di Kota Denpasar. Keluarga saya memang pebisnis, tapi berbisnis obat-obatan dan jamu,” kata Mr Joger dalam perbincangan dengan detikTravel.

Pertemuan detikTravel dengan Mr Joger menunjukkan, Joseph bukan hanya nyentrik pada kaus Joger, tetapi dia sosok nyata nyentriknya. Selama berbincang dengan detikTravel, tak jarang sosok Mr. Joger melontarkan kata-katanya yang unik dan membuat semua orang tertawa.

Dia tidak sulit ditemui. Sosoknya ramah dan sederhana, tidak keberatan melayani pembeli yang ingin berfoto bersama.


Toko oleh-oleh Joger di Bali (Ni Made Nami krisnayanti/detikcom)

Mr Joger juga membuka bagaimana kisahnya hingga berhasil mendirikan Pabrik Kata-Kata Ketiga di dunia. Mr Joger menyatakan menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Kota Denpasar dan sempat melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandala, Surabaya. Namun, tahun 1973, ia memutuskan untuk ‘membuang diri’ ke Jerman Barat dan belajar perhotelan.

Setelah tiga tahun menetap di Jerman, pada 1976 Mr Joger memutuskan untuk pulang kampung dan melanjutkan pekerjaannya di Pulau Dewata. Ia sempat menjadi pemandu wisata bagi tamu-tamu Jerman.

“Saya dulu guide Jerman, harusnya saya menjadi pegawai negeri. Tapi saya takut karena honornya kecil. Akhirnya saya banting setir ke pengusaha,” ujarnya.

“Membuat bisnis ini bentuk keterpaksaan saya, saya merupakan tipe pebisnis, bukan tipe pekerja. Saya pernah ikut juga di bisnis keluarga, tapi saya merasa bukan tipe saya, akhirnya saya keluar,” dia menambahkan kemudian tertawa.

Agustus 1980 dengan modal awal sebesar Rp 500.000 Mr. Joger memulai perjalanan bisnisnya di bidang batik dan kerajinan. Sistem pemasaran pun masih sangat sederhana, dengan ‘door to door’ atau menggedor rumah orang, karena ia belum memiliki toko.

“Saya pertaruhkan uang Rp 500.000 untuk beli contoh-contoh produk, tahun 1980. Itu modal pertama saya, setelah 3 bulan saya tidak perlu menggunakan modal sendiri. Rumusnya itu Cenik Lantang, sedikit mencari untung tapi memiliki banyak pelanggan,” kata Mr Joger.

Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak, Mr. Joger berhasil membuka toko pertamanya pada 19 Januari 1981 di Jalan Sulawesi No. 37 Denpasar. Toko ini ia beri nama ‘Art & Batik Shop Joger’.

“Pertama kali kami membuka toko menggunakan namaJoger itu 19 Januari 1981, di sebuah gudang milik keluarga saya dan disulap menjadi toko bernama Art & Batik ShopJoger,” ujar dia.

Toko oleh-oleh Joger di Bali Foto: Ni Made Nami krisnayanti/detikcom

Ia menuturkan nama Joger merupakan gabungan dari namanya yaitu Joseph dengan nama depan teman sekolahnya di Hotel Fachscule dulu yaitu Gerhard Seeger. Nama ini ia pilih sebagai bentuk terima kasih, karena Mr. Gerhard Seeger menghadiahinya uang sebesar US$ 20.000.

Seiring berjalannya waktu, dari satu toko akhirnya Mr. Joger berhasil membuka toko lainnya di Jalan Sulawesi No. 41 Denpasar. Tak berhenti di sana, ia kembali membuka ‘Joger Ketiga’ dengan nama ‘Joger Handicraft Centre’ di Jalan Raya Kuta.

Mr. Joger menuturkan pada akhir tahun 1989, dirinya malah ‘bertobat’ dan membatalkan niatnya menjadi konglomerat. Ia menutup 2 dari 3 toko Joger, dan mengubah orientasi bisnis yang mulanya profitable menjadi happiness oriented.

Dalam menjalankan hidup danbisnisnya, Mr.Joger memiliki sebuah filosofi unik yang ia sebut BAJU2RA6BER, yaituBAik,JUjur,RAmah,RAjin,BERtanggung jawab,BERimajinasi,BERinisiatif,BERani,BERsyukur dan bisaBERmanfaat.

Pabrik Kata-Kata Joger, salat satu pusat oleh-oleh di Bali (Ni Made Nami Krisnayanti/detikcom)

Seperti memiliki insting yang kuat, pada tahun 1990, tepat 3 tahun sebelum adanya pelarangan resmi pemakaian nama berbau asing, Mr. Joger sudah lebih dulu mengganti nama tokonya menjadi ‘Pabrik Kata-Kata Joger’.

“Pada tahun 1990, saya rencananya mau mengubah nama menjadi pusat kerajinan, tapi saya tau saya nggak begitu rajin. Nah karena saya suka berkata-kata, akhirnya diubah menjadi Pabrik Kata-Kata Joger,” kata Mr Joger yang lagi-lagi tertawa.

“Kami kan Pabrik Kata-Kata ketiga di dunia. Tahu karena apa? Karena yang pertama dan kedua kan tidak ada. Kami itu pelopor,” ujar dia.

Sejak 1990, Mr Joger kerap diundang untuk ‘menyesatkan orang ke jalan yang benar’ dalam berbagai forum. Ia membagi resep-resep rahasia menjadi seorang wirausaha sekaligus ‘penipu’.

“Penipu itu marketer, karena ia menipu banyak orang dengan baik, jujur, legal, adil, dan menyenangkan,” katanya.

Berkat keteguhannya dalam menerapkan happiness oriented kini Pabrik Kata-Kata Joger sudah berdiri megah di dua lokasi. Satu di Jalan Raya Kuta, dan memiliki Teman Joger di Jalan Raya Denpasar-Bedugul KM 37,5, Luwus.

“Sekarang sudah ada 2 toko. Yang di daerah Luwus itu bukan cabang, tetapi kita sebut Teman atau Tempat Ternyaman. Karena di Kuta ini kurang tempat parkir, akhirnya kami menghidupkan Teman Joger di Luwus,” ujar dia.

Satu pesan yang selalu ia tanamkan yaitu untuk membiasakan diri beritikad baik sebelum, sembari, ataupun sesudah melakukan apapun. Hindari sesuatu yang terlalu, karena bisa berdampak tidak baik. “Ampunang bes, apapun yang terlalu pasti tidak baik,” katanya.

Perbincangan detikTravel dengan Mr Joger ditutup dengan kata-katanya yang nyentrik.

“Kalau orang ke Bali tapi belum ke Joger, berarti dia sudah ke Bali cuma belum ke Joger. Tapi kalau orang sudah ke Joger berarti sudah ke Bali, karena Joger hanya ada di Bali,” kata Mr Joger kemudian tertawa.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version