Sabtu, Oktober 5


Jakarta

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) buka suara soal rendahnya permintaan motor listrik di Tanah Air. Menurut mereka, kondisi tersebut disebabkan kualitas produk yang belum memenuhi standar dan harapan konsumen.

Ketua Umum AISI, Johannes Loman menjelaskan, sepeda motor selalu dicitrakan sebagai kendaraan kecil yang praktis dan cepat. Sementara karakter tersebut belum ditemukan di motor listrik yang memerlukan tambahan waktu untuk mengisi dayanya.

“Kalau melihat angkanya, permintaan motor listrik mulai berkembang. Tapi memang dalam industrinya, penerimaan konsumen belum secepat mobil listrik,” ujar Loman mengawali penjelasannya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis sore (3/10).


“Penyebabnya karena keterbatasan jarak, waktu charging butuh waktu lama, sedangkan untuk sepeda motor butuh kecepatan dan range yang jauh,” tambahnya.

Motor Listrik Sunra Foto: Dok. Sunra

Bagaimana pun juga, kata Loman, konsumen tak mau ‘berjudi’ saat membelanjakan uangnya untuk membeli kendaraan baru. Itulah mengapa, mereka harus mendapat jaminan, motor listrik yang dibelinya tak membuatnya repot di masa depan.

“Yang tak kalah penting harga dan peace of mind. Penerimaan konsumen itu yang penting, kalau konsumen kebutuhannya tercukupi, konsumen akan segera beralih,” ungkapnya.

Publik mengira, rendahnya permintaan motor listrik disebabkan merek-merek Jepang seperti Honda, Yamaha dan Suzuki belum sepenuhnya serius menggarap motor listrik. Bahkan, dari ketiga merek tersebut, baru Honda yang punya kendaraan nonemisi. Itupun hanya satu model.

Motor listrik Honda. Foto: Andhika Prasetia

Sebagai market leader atau pemimpin pasar, gebrakan merek-merek asal Jepang tentu dibutuhkan untuk meningkatkan permintaan motor listrik yang masih cenderung rendah.

Menurut data yang dihimpun dari Kemenko Bidang Perekonomian, populasi motor listrik di Indonesia tahun ini baru 109 ribuan unit. Padahal, berdasarkan laporan BPS, populasi motor bensin hingga awal tahun lalu sudah mencapai 125 jutaan unit!

(sfn/dry)

Membagikan
Exit mobile version