Rabu, April 2

Jakarta

Pada 28 Maret 2025, sekitar tengah hari waktu setempat, puluhan juta orang di Asia Tenggara merasakan Bumi bergetar hebat. Gempa 7,7 skala Richter mengguncang wilayah tersebut, tepatnya di Myanmar. Banyak bangunan hancur dalam hitungan detik.

Gempa ini juga mempengaruhi negara tetangga Thailand di mana beberapa gedung pencakar langit rusak dan runtuh. Getarannya terasa hingga ke Kamboja dan India. Pelepasan energi gempa itu sebanding dengan ratusan ledakan senjata nuklir.

“Besarnya peristiwa ini begitu tinggi sehingga terasa di negara tetangga,” kata Amilcar Carrera-Cevallos, ilmuwan di Universitas Vicente Rocafuerte Guayaquil. Sebuah pencakar langit 30 lantai yang sedang dibangun di Bangkok, sekitar 1.000 km dari pusat gempa, hancur. Menurut Survei Geologi AS, akan ada ribuan, jika tidak puluhan ribu korban serta kerugian puluhan miliar dolar.


Banyak faktor menyebabkan gempa Bumi ini jadi bencana hebat, termasuk kurangnya fitur anti gempa di bangunan wilayah tersebut. Hanya sedikit bangunan dapat menahan gempa ini, yang sangat besar dan dangkal. Itulah kunci kehancurannya, gempa ini sangat besar dan dangkal.

“Berarti gempa terjadi relatif dekat dengan permukaan Bumi,” kata Judith Hubbard, ilmuwan gempa di Universitas Cornell.

Penyebab gempa dahsyat Myanmar

Sekitar 45 juta tahun silam, lempeng tektonik India tabrakan dengan lempeng Eurasia, sebelum lempeng pertama turun di bawah lempeng kedua. Kerak yang hancur di tengah adalah area yang disebut Himalaya saat ini. Pegunungan ini dan seluruh wilayahnya, dipenuhi patahan yang dihasilkan oleh tumpukan geologis dahsyat itu.

Lempeng India masih sangat lambat bergerak ke Eurasia dan sesar-sesar tak terhitung jumlahnya itu mengalami banyak tekanan sebagai akibatnya. Dari waktu ke waktu, patahan-patahan itu pecah.

Letak Myanmar berada di antara dua lempeng tektonik itu. Batas antara kedua lempeng disebut Sesar Saigang, biang keladi gempa kali ini. Para ahli menggambarkannya sebagai garis lurus panjang yang membentang sekitar 1.200 km dari utara ke selatan melalui kota seperti Mandalay dan Yangon, menempatkan jutaan orang dalam risiko. Menurut USGS, gempa bumi Myanmar terjadi karena lempeng India dan Eurasia bergesekan satu sama lain yang disebut ‘sesar geser’.

“Semua data yang tersedia sejauh ini menunjukkan adanya retakan di Sesar Sagaing,” kata Robin Lacassin, ilmuwan gempa di Institut Fisika Bumi Paris, dikutip detikINET dari Scientific American, Sabtu (29/3/2025).

Sesar Sagaing itu telah bertanggung jawab atas banyak gempa bumi kuat dan merusak di masa lalu. Mei 2023, patahan yang sama pecah dan menimbulkan gempa 5,8 skala Richter. Patahan ini sangat berbahaya, terlebih karena Nay Pyi Taw, ibu kota Myanmar, juga terletak tepat di atasnya.

Guncangan gempa kali ini tergolong sangat kuat dan tak hanya di Myanmar, warga Thailand terkejut melihat bangunan di sana juga mengalami kerusakan. Data awal menunjukkan gelombang seismik bergerak sangat jauh dari sumbernya karena disalurkan di sepanjang bagian selatan Sesar Sagaing. “Ini menjelaskan kerusakan di Bangkok,” kata Carrera-Cevallos.

Gempa Bumi ini memang dahsyat, tapi faktor manusia juga berperan terkait bangunan yang tidak tahan bencana. “Gempa Bumi ini terjadi di daerah tanpa bangunan tahan gempa dan fitur bangunan tidak memadai,” kata Carrera-Cevallos.

(fyk/fay)

Membagikan
Exit mobile version