Rabu, Januari 15


Jakarta

Pegunungan Sanggabuana tak hanya dijadikan tempat ritual unik bagi warga sekitarnya. Destinasi ini juga menjadi rumah satwa langka dilindungi.

Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) lakukan pendataan satwa-satwa prioritas di Pegunungan Sanggabuana. Di sana, ada Owa Jawa atau hylobates moloch, bersama dengan macan tutul jawa atau panthera pardus melas, serta elang jawa atau nisaetus bartelsi.

“Selain sebagai satwa langka endemik, Owa Jawa atau primata kelabu tanpa ekor ini juga merupakan satwa terancam punah dengan status IUCN Red List masuk dalam kategori Appendiks I CITES,” kata Plt Direktur Eksekutif SCF Deby Sugiri saat diwawancara detikJabar, Minggu (24/8/2024).


Pendataan dilakukan mulai Maret hingga Juni 2024. Populasi kelompok dan kepadatan Owa Jawa di tiga blok hutan Pegunungan Sanggabuana, didapati belasan kelompok.

Berdasarkan perkiraan, dari 13 kelompok Owa Jawa yang berhasil diidentifikasi, terdapat sebanyak 41 individu Owa Jawa yang kini hidup di Pegunungan Sanggabuana Karawang.

Dari hasil survey ini, termasuk data preferensi pakannya akan dipakai untuk menentukan program kerja terkait pelestarian dan perlindungan Owa Jawa di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.

Hasil asessmen mengungkap, selain Owa Jawa, di kawasan Pegunungan Sanggabuana juga dihuni primata lain, yaitu Lutung Jawa, Surili, Kukang Jawa, dan Monyet Ekor Panjang.

“Selain primata lain itu, dalam pendataan sebelumnya, sudah ditemukan sebanyak 339 jenis satwa liar yang ada di Pegunungan Sanggabuana yang sedang berproses menjadi Taman Nasional ini,” ujar dia.

Dari 339 jenis satwa liar yang ada, kata Deby, sebanyak 51 jenis diantaranya justru merupakan jenis satwa dilindungi dalam daftar Permen 106 tahun 2018 tentang jenis satwa dan tumbuhan dilindungi.

Baca artikel selengkapnya di detikJabar

(msl/msl)

Membagikan
Exit mobile version