Senin, September 30


Jakarta

Kabupaten Pati dicap jelek oleh jagat sosial media lantaran kasus kematian bos rental mobil akibat dikeroyok warga lokal. Untuk mengatasinya, budayawan menyampaikan saran.

Dampak dari kasus naas matinya bos rental mobil di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah masih berlarut hingga kini. Warganet bahkan memberikan label terhadap desa dan kecamatan tersebut dengan tajuk negatif ataupun kekerasan.

Itu karena banyak warganet menyampaikan pengalaman banyaknya kendaraan yang digelapkan di daerah tersebut.


Menanggapi keluhan banyak warganet, aparat kepolisian lantas melakukan sweeping terhadap kendaraan-kendaraan tanpa surat-surat resmi. Namun, dosen sekaligus peneliti budaya dan ketoprak Pati, Sucipto Hadi Purnomo, menjelaskan dalam penanganan kasus itu aparat seharusnya melakukan pendekatan yang lebih persuasif.

“Bahwa memang ada hal hal yang yang saya kira bisa menjadi laten yang sewaktu-waktu kemudian bisa meletup, itu memang perlu penanganan dan pendekatan yang lebih bersifat persuasi,” dia menyampaikan saran saat dihubungi detikTravel, Kamis (20/6/2024).

Ia menyarankan pendekatan persuasif dilakukan dengan prosesi kebudayaan yang hingga kini masih kerap digelar di Kabupaten Pati. Mengingat berbagai pagelaran kesenian seperti Ketoprak Pati masih banyak digelar dan berisikan banyak wejangan di dalamnya.

“Pendekatan yang lebih bersifat kultural daripada kemudian melakukan langkah-langkah represif macam dengan melakukan sweeping itu menurut saya justru langkah sweeping itu perlu agak ditahan lebih dulu gitu,” katanya.

Menurutnya yang tinggal sejak kecil hingga sekolah menengah atas di Pati, kondisi di sana selayaknya kota-kota lainnya di Indonesia. Sehingga kasus yang terjadi menurutnya tidak dapat digeneralisasi.

“Jadi satu kasus itu kemudian tidak bisa untuk menggeneralisasi bahwa wilayah itu, baik secara khusus di desa tersebut maupun di wilayah Kecamatan Sukolilo maupun secara lebih luas di wilayah Kabupaten Pati,” dia menambahkan.

Ia juga mengungkapkan adanya permasalahan itu pun turut dipengaruhi oleh terjebaknya masyarakat di beban kredit ataupun bank plecit yang memberikan bunga tinggi.

“Kalau praktik-praktik terjadinya transaksi motor-motor pedutan, motor-motor yang tidak memiliki nomor secara sah gitu ya atau dari proses kredit itu kemudian dijual sehingga kemudian menjadi motor pedotan itu, itu saya kira bisa kalau mau ditelusuri di berbagai tempat yang lainnya gitu,” kata dia.

“Karena di satu sisi saya kira modus-modus terhadap keresahan terhadap debt collector di satu sisi, kemudian di sisi lain juga ada keberatan keberatan atas beban berat untuk melakukan angsuran lantaran saya pikir memang praktik leasing ini juga bebannya melampaui utang uang di bank itu bahkan melampaui itu. Tapi kan karena iming iming tanpa DP atau uang muka yang demikian kecil itu ya orang ambil nanti nggak bisa angsur urusan belakang,” ujar dia.

Namun, ia pun tidak membenarkan hal kriminal yang terjadi belakangan tersebut, khususnya dalam aksi pengeroyokan hingga berujung kematian. Di sisi lain ia menjelaskan masyarakat Pati sejatinya banyak diajarkan nilai-nilai luhur dari Saminisme yang mengajarkan praktik nirkekerasan dan anti terhadap mengambil sesuatu yang bukan haknya.

“Yang kemudian tidak boleh colong jupuk, colong jupuk itu artinya mengambil miliknya orang lain, tidak boleh dengki, tidak boleh iri hati, itu adalah nilai-nilai besar yang kemudian diajarkan oleh saminisme yang itu tidak hanya ucapan tetapi juga tindakan,” kata dia.

(wkn/fem)

Membagikan
Exit mobile version