Sabtu, Oktober 5

Jakarta

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa pemerintah melarang Temu, platform e-commerce asal China, beroperasi di Indonesia. Apa itu Temu dan kenapa dianggap bisa mematikan UMKM?

Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Rabu (2/10/2024) Temu merupakan platform e-commerce asal China yang mirip seperti tempat belanja online lainnya seperti Amazon, Alibaba, Shopee, dan lain-lain. Di sini konsumen bisa menemukan berbagai produk mulai dari pakaian, sepatu, aksesoris, hingga elektronik, peralatan dapur, perlengkapan otomotif, dan masih banyak lagi.

Aplikasi Temu pertama kali diluncurkan di Amerika Serikat pada tahun 2022, dan saat ini layanan mereka sudah tersedia di puluhan negara. Menawarkan harga yang sangat murah, Temu langsung memuncaki daftar aplikasi populer di Apple App Store dan Google Play Store.


Temu merupakan aplikasi milik konglomerasi China bernama PDD Holdings yang bermarkas di Dublin, Irlandia. PDD Holdings juga memiliki platform e-commerce Pinduoduo yang beroperasi di China.

Satu hal yang membedakan Temu dari platform e-commerce lainnya adalah harganya yang sangat murah. Misalnya, ada tablet Android 10 inch tanpa merek yang dibanderol dengan harga USD 55 atau sekitar 840 ribuan.

Harga barang-barang di Temu bisa sangat murah karena produsen bisa menjual produk langsung ke konsumen. Artinya, barang bisa dikirimkan langsung dari pabrik ke konsumen tanpa harus melewati distributor, afiliator, atau pihak ketiga lainnya. Hal ini yang sepertinya menjadi kekhawatiran Kominfo dan pemerintah.

“Enggak. Temu enggak bisa (masuk ke Indonesia) karena merusak ekosistem, terutama UMKM Indonesia,” tegas Budi Arie ditemui media seusai acara Peluncuran Sistem Nasional Peringatan Dini Kebencanaan di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Jakarta, Selasa (1/10).

Tidak hanya di Indonesia, kehadiran Temu di beberapa negara juga terbilang kontroversial. Pemerintah negara bagian Arkansas, Amerika Serikat pernah menggugat Temu karena dianggap sebagai malware berbahaya yang bisa mengakses dan memata-matai ponsel pengguna.

Selain itu, media sosial juga diramaikan dengan beragam keluhan dari pengguna Temu. Misalnya, ada yang mengeluhkan produk yang dibeli dari Temu baru sampai berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah dipesan, atau bahkan tidak datang sama sekali.

Karena harganya yang sangat murah, sejumlah pengguna mengaku menerima produk dengan kualitas yang seadanya dan wujudnya berbeda dari gambar di website. Temu tidak memiliki akreditasi dari Better Business Bureau (BBB) di Amerika Serikat dan memiliki rating rata-rata 2,5 dari bintang lima.

Belum lama ini, Presiden AS Joe Biden kembali menargetkan Temu dengan rencananya untuk menutup celah ‘de minimis’ untuk produk dengan nilai di bawah USD 800. Biden mengatakan produk yang masuk ke AS dengan pengecualian ‘de minimis’ meningkat dari 140 juta per tahun menjadi lebih dari satu miliar per tahun.

(vmp/fay)

Membagikan
Exit mobile version