Senin, Oktober 7


Jakarta

Meski penjualannya tak sebaik merek Jepang, namun motor-motor buatan TVS belakangan mulai digandrungi konsumen di Indonesia. Bahkan, perusahaan asal India tersebut menjual ratusan unit kendaraan per bulan di Tanah Air.

Kondisi tersebut membuat sebagian kita mungkin bertanya-tanya: apa alasan konsumen membeli motor TVS? Sebab, mereka merupakan satu-satunya merek India yang bermain di kelas entry level.

Ryan Rahadian selaku Head of Marketing TVS Indonesia menjelaskan, konsumen membeli motor TVS lantaran fungsionalitasnya yang tinggi. Sebab, motor-motor mereka, terutama di segmen skuter matik, punya bagasi super lega.


“(Konsumen beli motor TVS) biasanya untuk mencari alternatif lain yang lebih fungsional, kita memang menargetkan market-nya ke sana sih,” ujar Ryan Rahadian saat ditemui di sela-sela preskon IMOS 2024 di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Dealer motor India, TVS di Indonesia. Foto: dok. TVS

Selain fungsional, motor TVS digandrungi karena fitur yang terbilang mumpuni di kelasnya. Menariknya, belakangan mulai banyak konsumen yang membeli tunggangan mereka untuk menunjang gaya hidup.

“Sekarang bukan cuma fungsional dan murah aja, tapi kualitas, fitur dan style juga jadi pertimbangan konsumen. Nah, untuk motor-motor kalcer beberapa juga mulai masuk sih dan akan meluas,” ungkapnya.

Line up motor TVS di Indonesia terbilang lengkap. Selain skuter matik, mereka juga memasarkan motor bebek, motor naked, motor retro, motor hobi, hingga motor listrik. Hampir seluruhnya dirakit secara completely knock down (CKD) di pabrik Karawang, Jawa Barat.

TVS Foto: Doc. TVS.

Ryan mengatakan, ada dua model motor TVS yang sangat digandrungi konsumen Indonesia. Bahkan, keduanya menyumbang lebih dari separuh total penjualan TVS di Tanah Air.

“Kalau jagoannya ada dua, matiknya Callisto yang 110 dan 125 masih menjadi andalan. Kemudian yang kedua ada TVS Ronin. Dua backbone itu jadi yang sekarang jadi kesukaan konsumen domestik,” tuturnya.

“Callisto sendiri di angka 100-120 unit sebulan, Ronin 80-100 unit (sebulan) average-nya. Konsentrasinya bukan di Jawa aja, tapi sudah tersebar ke Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera,” kata dia menambahkan.

(sfn/dry)

Membagikan
Exit mobile version