Jumat, Januari 10

Jakarta

Saat ini food vlogger begitu merajalela. Pihak restoran pun kerap ketar-ketir kedatangan mereka. Pemilik restoran berharap hal-hal tak sopan berikut tidak lagi dilakukan oleh food vlogger.

Zaman sekarang, reputasi restoran tak hanya dipengaruhi penilaian pribadi pengunjung, tapi juga informasi dari food vlogger yang mengulasnya. Mereka kerap mengungkap kualitas pelayanan, tempat bersantap, hingga cita rasa menu di sebuah restoran.

Namun dalam praktiknya, tak semua food vlogger memiliki etika yang baik. Sering kali mereka seenaknya dalam mengulas, seperti enggan membayar, ‘memaksa’ restoran untuk barter menu dengan ulasan, atau bersikap tak sopan kepada pemilik maupun pegawai restoran.


Mengutip HuffPost (1/1/2025), para pemilik restoran, chef, dan konten kreator pun mengungkap hal-hal tak sopan yang mereka harap tidak dilakukan para food vlogger.

Berikut informasinya:

1. Pakai lighting seenaknya

Sering kali pencahayaan di restoran tidak ideal untuk ambil foto atau video. Misalnya karena terlalu remang atau bahkan cahayanya berwarna kekuningan. Karenanya food vlogger sering melengkapi diri dengan bawa lampu tambahan (lighting).

Penggunaannya memang tidak dilarang, tapi menurut chef di restoran Kyma yaitu Pano I. Karatassos, menggunakan lighting ada aturannya agar tak mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Pihak restoran pun sering kali mengingatkan pada food vlogger akan hal ini.

“Kami meminta mereka untuk menggunakan lighting tanpa mengganggu tamu lain. Karena pengalaman tamu kami adalah prioritas utama,” kata Michael Kunz, manajer umum The Select di Sandy Springs, Georgia.

Banyak pihak restoran pun mengerti kalau pengunjung mereka ada yang ingin merayakan momen spesial seperti lamaran atau sudah menabung lama demi santap di sana, tapi bisa terganggu dengan sinaran lighting yang terang.

Seorang pemilik restoran yang mengusung konsep nuansa gelap bahkan ada yang melarang penggunaan lighting. Mereka menganggap kontras yang tinggi antara dua gaya pencahayaan yang ekstrem dapat merusak mata dan menimbulkan masalah keselamatan bagi pengunjung dan staf.

Sebagai solusi, food vlogger bisa minta pihak restoran untuk menyediakan ruangan dengan pencahayaan yang lebih baik. Atau menggunakan lighting dengan bijak, tanpa mengarahkan ke arah orang lain.

2. Mintanya perlakuan spesial

Foto: iStock

Tak jarang food vlogger bersikap seenaknya dengan minta perlakuan spesial dari pihak restoran. Misalnya minta menu gratis, minta bayaran, atau bahkan mengancam dengan beri ulasan buruk.

Untuk menghindari hal ini terjadi, pihak restoran sebaiknya membuat kesepakatan sejak awal dengan food vlogger. Kesepakatan itu bisa tentang apa yang akan diberikan pihak restoran dan apa yang diharapkan bisa diulas oleh food vlogger.

Lalu tak semua food vlogger cocok untuk semua target pasar restoran. Seorang pengusaha restoran bernama Farshid Arshid mengaku tak akan memaksakan diulas food vlogger jika memang tidak sesuai dengan demografis atau relevansi target restoran.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Membagikan
Exit mobile version