Selasa, Maret 25


Jakarta

Inggris dan Jerman baru-baru ini mengeluarkan peringatan perjalanan yang lebih ketat untuk warganya yang berencana terbang ke Amerika Serikat.

Peringatan tersebut muncul setelah adanya pembaruan informasi bagi para pelancong yang ingin menuju AS. Pemerintah Inggris, melalui Kementerian Luar Negeri, kini menyarankan agar siapa pun yang menuju AS mematuhi semua peraturan masuk dan persyaratan visa yang berlaku.

Dikutip dari Express, Minggu (23/3/2025) Mereka menegaskan bahwa otoritas AS sangat ketat dalam menegakkan aturan itu dan pelanggaran bisa berakibat pada penangkapan atau penahanan.


“Anda harus mematuhi semua ketentuan masuk, visa, dan ketentuan masuk lainnya. Pihak berwenang di AS menetapkan dan menegakkan aturan masuk secara ketat, Anda dapat ditangkap atau ditahan jika melanggar aturan,” imbau informasi itu.

Menariknya, informasi yang dipublikasikan di awal Februari hanya menyebutkan bahwa AS menegakkan peraturan masuk, tanpa menekankan kemungkinan penahanan. Namun, setelah Jerman memberikan peringatan serupa, Inggris juga memperbarui peringatannya.

Pada saat yang sama, Jerman mengungkapkan bahwa warga negaranya tidak lagi bisa mengandalkan visa atau ESTA untuk memastikan mereka dapat masuk ke AS. Kementerian Luar Negeri Jerman memperbarui informasi perjalanan setelah beberapa laporan warga Jerman yang ditahan di perbatasan AS.

Juru bicara kementerian menegaskan bahwa meskipun seseorang memiliki visa atau ESTA yang sah, itu tidak menjamin mereka bisa masuk ke AS.

“Baik otoritas ESTA yang sah maupun visa AS yang sah tidak dapat dijadikan dasar untuk memperoleh hak masuk ke AS,” sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman.

Sehingga keputusan akhir ada di tangan petugas perbatasan AS. Mereka juga menyarankan agar pelancong membawa bukti perjalanan pulang seperti tiket pesawat saat memasuki AS.

Sayangnya, tidak ada cara hukum untuk membatalkan keputusan penolakan masuk, dan kedutaan Jerman tidak bisa mempengaruhi hal ini. Meski begitu, Pemerintah Jerman menyebut ini bukanlah peringatan resmi tentang perjalanan ke AS, melainkan sekadar informasi pembaruan.

Perubahan tersebut muncul setelah sejumlah insiden, termasuk seorang pria berusia 25 tahun yang ditahan di perbatasan AS-Meksiko dan dibawa ke pusat deportasi dalam kondisi terantai. Kasus lainnya melibatkan seorang warga Jerman yang tinggal di AS, yang ditangkap di Boston dan ditahan di pusat penahanan selama seminggu.

Insiden-insiden tersebut terjadi pada waktu yang sama dengan laporan tentang seorang ilmuwan Prancis yang ditolak masuk ke AS. Ternyata, di teleponnya terdapat pesan teks yang berisi kritik terhadap Presiden Donald Trump.

Menteri Pendidikan Tinggi Prancis, Philippe Baptiste, mengungkapkan bahwa penolakan ini terjadi karena percakapan ilmuwan tersebut di teleponnya, yang mengungkapkan pandangan pribadi mengenai kebijakan pemerintahan Trump.

“Langkah ini tampaknya diambil oleh otoritas Amerika karena telepon peneliti tersebut berisi percakapan dengan kolega dan teman-temannya. Di mana ia mengungkapkan pendapat pribadinya tentang kebijakan penelitian Pemerintahan Trump,” kata Baptiste.

(upd/ddn)

Membagikan
Exit mobile version