Senin, Juli 1


Jakarta

Kemendikbudristek bekerjasama dengan Pemerintah Jepang siap untuk mengindentifikasi 9 kerangka yang diduga tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Kerangka-kerangka ini dikirim dari Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.

Traveler harus tahu nih, bahwa Indonesia pernah menjadi ‘panggung’ PD II. Salah satu lokasinya terjadi perang tentara Jepang dan Amerika yaitu di Kepulauan Biak Numfor, Papua.

Setelah 80 tahun berlalu, tim Teknis Gabungan Indonesia dan Jepang berhasil mengumpulkan 9 kerangka manusia yang diduga kuat sebagai tentara Jepang yang gugur pada masa tersebut.


“Penemuan sembilan kerangka ini merupakan hasil positif setelah pada 2019 lalu terjadi penandatanganan kesepakatan kerja sama antara pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemendikbud dan Kedubes Jepang, mengenaï usaha ekskavasi, sisa-sisa, jasad dari para serdadu Jepang yang meninggal waktu perang dunia Il,khususnya di daerah Papua,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilimar Farid di Jakarta, Jumat (28/6).

Tertunda karena pandemi

Tim Teknis Gabungan Indonesia dan Jepang dibentuk sebagai tindak lanjut perjanjian kedua negara. Pada tanggal 25 Juni 2019 ditandatangani Agreement between the Government of Japan and the Government of the Republic Indonesia on Excavation, Colection and Repatriation of the Remains of Japanese Soldiers who died in the Second World War in the Province of Papua and the Province of West Papua. Realisasi perjanjian ini mengalami kendala karena pandemi menerpa dunia. Pada tanggal 21 Juni 2022, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Jepang telah menandatangani Perpanjangan Perjanjian yang berlaku sampai tanggal 24 Juni 2025.

Kedua belah pihak kemudian membuat Tim Teknis Gabungan dan melaksanakan kegiatan di Pulau Biak pada tanggal 20-30 Mei 2024. Tim ini berhasil mengumpulkan sejumlah kerangka yang diperkirakan merupakan 9 individu tentara Jepang yang gugur.

Salah satu dampak dari kerjasama ini adalah membangun narasi sejarah bahwa Indonesia juga menjadi saksi keberadaan jepang di Papua saat Perang Dunia II.

“Tentu akan menjadi bagian dari daya tarik dimana kita ingin narasi ini lebih luas mulai dari siapa, bagaimana hingga penjelasan meninggal mereka waktu PD II tersebut. Jadi banyak sekali informasi yang masih perlu kita tulis, informasi mengenai pertempuran-pertempurannya, sejarah militer Perang Dunia kedua yang terjadi di Papua ini. Juga kita kaji bagaimana dampak dan peran warga lokal,” tambah Hilimar.

Pemerintah Biak Numfor menyambut baik dan mendukung kerjasama yang dilakukan Kemendikbudristek. Karena cerita sejarah ini bisa menambah daya tarik wisata Biak, hingga kunjungan semakin banyak ke sana.

“Kami berharap agar tulang-belulang Jepang ini juga menjadi salah satu even pariwisata sehingga tidak punah begitu saja. Kita berharap supaya kunjungan-kunjungan orang Jepang ke Biak tidak punah karena ada hubungan-hubungan emosional historis sejarah Perang Dunia ke-2 ,di mana kurang lebih sekitar 3.000 tentara Jepang yang mati di goa,” kata Fransisco Olla, Staf Ahli 1 Bupati Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Kabupaten Biak Numfor.

Saat ini 9 kerangka tersebut telah berada di Jakarta dan akan diteliti lebih lanjut oleh BRIN bersama Pemerintah Jepang.

“Kerangka peninggalan tentara Jepang yang dibawa dari Biak Numfor ini akan dilakukan kajian oleh BRIN bersama pihak Jepang untuk menentukan DNA, penentuan asal-usul mengidentifikasi apakah rangka ini benar tentara Jepang atau bukan hingga detail nama dan keluarganya,” tutup Hilimar.

(sym/wsw)

Membagikan
Exit mobile version