Jakarta –
India melampuai China sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 1,45 miliar jiwa. Kini, India ingin menstabilkan populasi karena jumlah kelahiran menurun dengan menyerukan lebih banyak anak.
Dikutip dari DW, Selasa (21/11/2024), Nara Chandrababu Naidu, kepala menteri negara bagian Andhra Pradesh di selatan India, yang mengubah fokus dari mempromosikan pengendalian populasi, menjadi sebaliknya mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak.
Dia bahkan mengusulkan undang-undang yang mengizinkan hanya penduduk yang memiliki dua anak atau lebih untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum lokal.
Beberapa hari kemudian, kepala menteri lainnya, M.K. Stalin, dari negara bagian tetangga Tamil Nadu, menyuarakan pemikiran serupa dan mendesak warga untuk memiliki lebih banyak anak.
Rupanya, angka kelahiran di India menurun drastis selama seabad terakhir. Angka tersebut tetap konsisten dari tahun 1880 hingga 1970, dengan statistik yang menunjukkan bahwa perempuan di India memiliki rata-rata 5,7 hingga 6 anak selama hidup mereka.
Namun pada tahun 2022, angka reproduksi itu turun menjadi sekitar 2,01 anak per perempuan. Artinya, di bawah tingkat penggantian, angka yang dibutuhkan untuk menstabilkan populasi.
Seiring dengan penurunan angka kelahiran yang cepat itu, India juga mengalami peningkatan populasi lansia lebih cepat dari yang diperkirakan.
“Meskipun saat ini terdapat lebih banyak orang usia kerja, meningkatnya jumlah lansia dapat menimbulkan tantangan di masa mendatang,” ujar Srinivas Goli, profesor demografi di Institut Internasional untuk Ilmu Kependudukan, kepada DW.
Ya, tingkat kelahiran yang rendah menjadi perhatian yang terus berkembang di seluruh India, khususnya negara-negara bagian selatan paling khawatir. Yakni, Tamil Nadu, Kerala, Andhra Pradesh, Telangana, dan Karnataka.
Negara bagian itu menunjukkan jumlah penduduk gabungan lebih dari 240 juta orang. Angka itu menunjukkan penurunan tajam dalam tingkat kelahiran, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 2,01.
India adalah negara pertama yang mengadopsi kebijakan keluarga berencana nasional pada 1950-an, untuk mengendalikan ledakan penduduknya.
“Negara-negara bagian selatan mengadaptasi kebijakan ini dengan sangat ketat,” kata Goli.
Ia menambahkan bahwa negara-negara bagian seperti Andhra Pradesh dan Tamil Nadu sekarang memiliki tingkat kelahiran yang sebanding dengan negara-negara Nordik di Eropa. Misalnya, pada tahun 2023, tingkat kelahiran Finlandia adalah 1,3 menurut PBB.
Namun, ada perbedaan yang mencolok dalam status ekonomi.
“Dalam hal pendapatan per kapita atau indikator pembangunan manusia, India tertinggal jauh di belakang negara-negara lain,” kata Goli.
“Misalnya, pendapatan per kapita Andhra Pradesh 22 kali lebih rendah daripada Swedia,” dia menambahkan.
Selain konsekuensi ekonomi, negara bagian selatan juga bergulat dengan dampak politik akibat menurunnya angka kelahiran.
“Angka kelahiran yang lebih rendah di selatan berarti pertumbuhan populasi yang lebih lambat dibandingkan dengan negara bagian utara. Hal ini dapat berdampak pada pengaruh politik mereka, karena kursi di parlemen dan pendanaan federal didasarkan pada jumlah populasi,” kata Jeyaranjan.
Di India, negara bagian menerima bagian dari pendapatan pemerintah yang dihasilkan dari pajak pusat, seperti pajak penghasilan dan pajak perusahaan, berdasarkan faktor-faktor seperti populasi, kebutuhan fiskal, dan indikator sosial ekonomi lainnya seperti pendapatan per kapita.
Akibatnya, dengan populasi yang lebih kecil dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi, negara bagian selatan menerima lebih sedikit pendanaan dan bagian anggaran, sehingga mereka dirugikan.
Dinilai Bukan Solusi Tepat
Goli berpendapat bahwa para pemimpin politik yang mendorong angka kelahiran yang lebih tinggi mungkin bukan solusi yang efektif untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh menurunnya angka kelahiran.
“Melahirkan menjadi semakin mahal, sehingga menjadi tantangan bagi keluarga untuk membesarkan anak sambil memenuhi standar hidup modern,” kata Goli.
Dia juga menggarisbawahi alasan itu pula yang menyebabkan banyak pasangan ragu untuk memiliki anak.
Pakar tersebut mengatakan India dapat mengekang penurunan angka kelahiran dengan memastikan kesetaraan gender dan menerapkan kebijakan kerja-keluarga yang mendukung. Namun, ia menekankan bahwa pembalikan tren secara menyeluruh hampir mustahil.
“Tidak ada negara di dunia yang berhasil membalikkan angka kelahiran setelah mencoba selama beberapa dekade,” kata dia.
(fem/fem)