Jumat, November 15

Jakarta

Mumi berusia tiga ribu tahun ini sempat membuat para ilmuwan kewalahan untuk menguak misteri kematiannya. Namun setelah 90 tahun berlalu, kini para ahli mulai menemukan titik terang walau belum semuanya terpecahkan.

Mumi ini dijuluki ‘The Screaming Women’, ditemukan di Mesir pada tahun 1935. Ekspresinya yang tampak menjerit inilah yang memantik rasa penasaran orang-orang, terkait apa yang dialaminya sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Dengan menganalisis sisa-sisa jenazahnya menggunakan teknologi baru, para arkeolog yakin bahwa mumi itu meninggal sambil menangis. Lalu setelah meninggal, otot-ototnya dengan cepat menegang dan membeku seperti yang terlihat saat ini.


Seorang profesor radiologi di Rumah Sakit Kasr Al Ainy Universitas Kairo, Sahar Saleem, meyakini tubuh mumi bersangkutan mengalami kejadian langka, yang dikenal sebagai kejang kadaver, seperti dilansir detikINET dari Standar.co.uk, Jumat (2/8/2024).

Kejang kadaver biasanya dikaitkan dengan kematian brutal dalam kondisi fisik yang ekstrem. Selain itu, penyakit ini juga tak jarang berkaitan dengan emosi orang yang mengidapnya. Namun penyebab pasti kematian mumi ini, yang diperkirakan oleh para ahli karena kekerasan, masih menjadi misteri.

“Ekspresi wajah mumi yang menjerit dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kejang kadaver, yang menyiratkan bahwa wanita tersebut meninggal sambil menjerit karena kesakitan,” kata Saleem.

Sebelumnya mumi The Screaming Women ini ditemukan di sebuah situs kuno di Luxor, yang letaknya berada di bawah makam seorang arsitek kondang yang dikenal sebagai Senmut. Saat itu ekspedisinya dipimpin oleh ilmuwan dari Museum Metropolitan New York.

Mumi The Screaming Women ini berbaring di dalam peti mati kayu, dengan kaki terentang, tangan terlipat di atas selangkangannya dan mulut menganga. Ketika ditemukan, dia mengenakan dua cincin scarab emas dan perak, serta wig berwarna hitam yang terbuat dari serat pohon kurma.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rambut aslinya diwarnai dengan pacar dan juniper. Meskipun analisis ini tidak mengungkap penyebab kematian yang jelas, tim tersebut dapat memberikan sedikit gambaran tentang kesehatan wanita tersebut.

Misalnya, deteksi tulang pada ruas tulang belakangnya menunjukkan bahwa ia menderita radang sendi ringan.Ia juga kehilangan beberapa gigi, kemungkinan besar saat dia masih hidup.

(hps/fyk)

Membagikan
Exit mobile version