Sabtu, Februari 8

Jakarta

Para ilmuwan mengkritik pemerintahan Presiden Donald Trump di periode keduanya. Mereka khawatir ilmu sains tidak akan berkembang dan bahkan mundur karena kebijakan-kebijakan Trump.

Ada beragam topik yang disorot, termasuk menarik AS dari Perjanjian Paris yang bertujuan baik demi lingkungan, hingga keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Melansir IFLScience, telah terjadi pembatasan langsung pada National Institutes of Health (NIH) yang menyebabkan dampak serius. Terdapat pula pembekuan sementara pendanaan dari National Science Foundation (NSF), pada hibah yang telah diberikan serta yang akan datang.


Pembekuan pendanaan oleh NSF berlanjut bahkan setelah Pemerintahan Trump mencabut memo yang menyerukan penghentian sementara semua pengeluaran hibah federal. Alasannya ada hubungannya dengan perintah Presiden untuk menargetkan segala upaya untuk meningkatkan keberagaman dalam sains atau membuat sains lebih mudah diakses oleh penyandang disabilitas.

“Semua penerima hibah NSF harus mematuhi perintah eksekutif ini… dengan menghentikan semua kegiatan hibah dan pemberian yang tidak sesuai,” kata NSF dalam sebuah pernyataan.

Banyak ilmuwan yang akhirnya curhat, baik ke media sosial, hingga ke IFLScience. Semua kompak khawatir dengan masa depan ilmu sains di AS.

“Sejujurnya saya tidak sepenuhnya tahu apa artinya ini saat saya masuk kerja pada hari Senin. Rekan-rekan saya dan saya telah melakukan berbagai macam percakapan, ‘Apakah kami akan kehilangan pekerjaan dalam beberapa bulan mendatang?’,” seorang ilmuwan yang bekerja di STEM.

Tak cuma ilmuwan, banyak akademisi juga cerita. Mereka melaporkan bahwa mereka sama sekali belum mendengar dari penasihat mereka atau anggota fakultas mengenai arahan dari administrasi perguruan tinggi. Mereka tidak paham mengenai bagaimana apa yang terjadi di NSF akan memengaruhi staf.

“Saya sangat khawatir tentang pendidikan dan keselamatan mahasiswa saya. Saya khawatir tentang rekan-rekan saya yang penelitiannya dipaksa untuk tidak melihat kesenjangan DEI (diversity, equity, inclusion),” ujarnya.

NASA dan Organisasi Ilmiah Lainnya yang Terancam

Bukan hanya NSF. NASA terlihat menghapus halaman web yang menjelaskan kebijakan mereka. Ini disebut sebagai pelanggaran potensial terhadap Americans with Disability Act. NASA juga menghentikan program yang menghubungkan mahasiswa sarjana dengan ilmuwan misi.

404 Media melaporkan bahwa pekerja NASA diminta untuk menghapus apa pun yang menyebutkan aksesibilitas, masyarakat pribumi, keadilan lingkungan, atau perempuan, khususnya perempuan dalam kepemimpinan.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) juga menjadi sasaran. Staf di Department of Government Efficiency (DOGE) milik Elon Musk dilaporkan menyusupi NOAA, seperti yang sebelumnya telah mereka lakukan di departemen pemerintah lainnya.

Data NOAA menunjukkan bahwa krisis iklim adalah realitas ilmiah dan hal itu terkait dengan pelepasan gas rumah kaca buatan manusia, khususnya karbon dioksida (CO2). Hal ini dianggap ‘merusak kemakmuran AS’. Nah, kini halaman web NOAA yang memuat data tentang konsentrasi CO2 di atmosfer tidak ada lagi saat artikel ini ditulis.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dilaporkan telah diperintahkan untuk menghapus referensi tentang orang transgender atau LGBT dari situs web mereka. CDC juga menghapus berbagai macam basis data dan studi yang tidak sejalan dengan ideologi pemerintahan Trump, mulai dari informasi tentang vaksin hingga jumlah kematian bayi.

Situasi terus berkembang, dengan para ilmuwan memperkirakan akan ada gugatan hukum terhadap lembaga-lembaga. Ada juga harapan akan adanya intervensi Kongres, tetapi banyak yang percaya bahwa hal itu hanya akan terjadi setelah adanya protes publik.

“Saya hanya punya satu pertanyaan untuk pihak-pihak yang bertanggung jawab: apa yang Anda harapkan untuk masyarakat dengan menghentikan sains?” seorang mahasiswa geologi mengatakan kepada IFLScience.

“Saya pikir ini akan mengarah pada penyensoran tidak hanya di bidang sains tetapi juga di seluruh dunia akademis, banyak orang akan meninggalkan negara ini (yang juga sedang saya pertimbangkan), dan akan terjadi brain drain. Tetapi itulah yang diinginkan pemerintah. Untuk membubarkan dunia akademis dan kemudian melakukan kontrol terhadap apa yang tersisa,” ujar peneliti pascadoktoral masih ke IFLScience.

(ask/rns)

Membagikan
Exit mobile version