Sabtu, Maret 22

Jakarta

Memang seperti sebuah film horor, sekelompok ilmuwan terjebak di pusat riset terpencil dan salah satu dari mereka menjadi liar, menyerang anggota tim yang lain. Tetapi hal itu benar-benar terjadi di Sanae IV, pangkalan riset milik Afrika Selatan di Antartika.

Seperti diberitakan, sebuah email darurat dikirim oleh salah satu ilmuwan di pangkalan itu. Ia melaporkan seorang anggota tim jadi liar dan tak stabil mentalnya. Mereka dilanda ketakutan dan cemas keselamatannya terancam, sehingga meminta segera ada tindakan.

“Yang disesalkan, tindakannya meningkat sampai taraf menyeramkan. Secara spesifik, dia menyerang salah satu anggota, yang adalah pelanggaran berat keamanan pribadi dan norma-norma pekerjaan,” tulis email itu.


Tapi dilaporkan, tim itu tidak akan dijemput lebih awal dan akan tetap seperti rencana semula, yaitu bulan Desember, pada saat musim panas di Antartika. Rencananya, kapal akan berangkat dari Afrika Selatan dan berlayar 15 hari untuk menjemput mereka.

Lokasi pangkalan itu memang sangat terpencil dan terisolasi, jaraknya 4.000 kilometer dari Afrika Selatan. Cuacanya juga sedang sangat buruk, dengan suhu bisa turun sampai minus 40 derajat Celcius dan angin kencang. Selain berbahaya, ongkos evakuasi pun mahal.

The South African Department of Forestry, Fisheries and the Environment (DFFE) meyakinkan bahwa saat ini kondisi di pangkalan sudah cukup kondusif. Pelaku penyerangan sudah meminta maaf dan mendapat bimbingan psikologi dari jarak jauh.

“Dia sudah menulis permintaan maaf formal ke korban dan ke seluruh anggota tim. Departemen segera menanggapi dengan melibatkan individu itu dengan profesional dalam rangka mediasi dan memulihkan hubungan di pangkalan,” kata Departemen itu yang dikutip detikINET dari CBS.

Psikolog menyatakan, isolasi memang bisa berdampak pada tingkah laku manusia. Para periset itu sudah lolos berbagai tes ketat sebelum terjun ke Antartika, termasuk soal psikologis, tapi tetap saja berpotensi mengalami tekanan mental.

“Ketika sesuatu yang buruk terjadi di situasi isolasi, sering hal-hal kecil meledak menjadi konflik,” kata Craig Jakson, profesor psikologi di Birmingham City University.

“Maka, isu-isu mengenai hierarki, mengenai alokasi beban kerja, bahkan hal-hal kecil seperti waktu luang, jatah makanan, atau porsi makanan dapat dengan cepat berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari biasanya,” imbuhnya.

(fyk/fay)

Membagikan
Exit mobile version