Sabtu, September 28


Jakarta

Seorang ilmuwan memiliki tujuan mulia setelah lakukan riset pada profesi petani kelor. Tak disangka hasil pengamatan menggelitik dirinya untuk alih profesi.

Akhir-akhir ini banyak dikisahkan orang-orang yang nekat keluar dari zona nyamannya hingga memilih untuk beralih profesi. Menanggalkan jabatan dan pekerjaan yang nyaman hanya untuk mereka bernyali besar dengan komitmen yang kuat.

Menerima upah bulanan atau menjalankan pekerjaan yang sudah terstruktur nyatanya tak terlalu menyenangkan bagi beberapa orang. Mereka lebih memilih untuk berusaha dari nol dan menemukan jalannya sendiri.


Hal serupa bahkan dilakukan juga oleh seorang ilmuwan yang telah banyak melakukan penelitian. Usai mengamati profesi petani kelor hingga penjualan kelor di negaranya, tak disangka, ia malah memilih meninggalkan profesinya.

Baca juga: Ditegur Staf Restoran Gegara Bawa Makanan dari Luar, Wanita Ini Ngamuk

Iba dengan kondisi petani kelor, seorang ilmuwan nekat alih profesi demi menyelamatkan kelor di desanya. Foto: The Better India

Mengutip The Better India (23/11) Doktor Kandasami Saravanan adalah seorang ilmuwan yang baru saja alih profesi. Saravanan adalah seorang ilmuwan yang lahir dari keluarga petani daun kelor di desa Somankottai, Tami Nadu’s Tiruppur, India.

Uniknya, pilihan ia menjadi seorang petani kelor bukan karena untungnya yang besar. Melainkan ia menemukan bahwa banyak petani kelor yang belum bisa memaksimalkan hasil panennya sehingga kelor yang dibeli dari petani selalu terjual dengan harga rendah.

“Untuk petani kelor, biasanya mereka menghasilkan Rp 18.000 – Rp 27.000 per kilogram. Ketika musim panen tiba harganya justru menurun hingga Rp 1.000 per kilogram. Saya mengamati bahwa pertanian kelor ini sangat tidak menguntungkan padahal banyak manfaat nutrisinya,” kata Saravanan.

Saravanan yang kemudian menghabiskan waktu untuk mengamati fenomena ini menemukan satu jalan keluar. Ia mencoba membudidayakan kelor secara organik dan melakukan berbagai perawatan khusus untuk menghasilkan daun yang lebih berkualitas.

Baca juga: Berusia Lebih dari 1.000 Tahun, Ini 10 Makanan Tertua di Indonesia

Alhasil ia berhasil meningkatkan nilai kelor hingga terjual 8 kali lipat lebih tinggi. Foto: The Better India

Dalam pengembangannya ini ia memanfaatkan keilmuan dan berbagai pengalaman sebagai ilmuwan di Tamil Nadu Agriculture University selama 7 tahun ke belakang. Ia menerapkan betul jarak penanaman yang tepat untuk sebuah pohon daun kelor sehingga perkembangan daunnya juga maksimal pada lahan seluas 4 akre.

Saravanan benar-benar mempertimbangkan hasil kelornya harus kaya nutrisi sehingga bermanfaat untuk dikonsumsi. Sebagaimana ia memahami bahwa masyarakat di sekitarnya seringkali memanfaatkan kelor sebagai sup hingga bubuk kelor.

Tak disangka setelah percobaan panjang, ia berhasil menemukan cara penanaman paling efektif untuk daun kelornya. Kini daun kelor dari perkebunan Saravanan dapat terjual hingga Rp 145.000 per kilogramnya.

Selain harga yang meningkat pesat, daun kelornya juga diminati oleh pembeli dari luar negeri. Adapun negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan beberapa negara lainnya menjadi langganan Saravanan.

(dfl/odi)

Membagikan
Exit mobile version