Sabtu, April 12

Jakarta

Kita hanya tahu sedikit tentang bagian paling awal sejarah Bumi sejak pembentukannya 4,54 miliar tahun lalu. Yang kita pahami adalah bahwa lautan tercipta, dan daratan kering pertama mulai membentuk benua.

Selama periode ini, material dari luar angkasa juga menabrak Bumi, seperti meteorit, dan bahkan, mungkin planet lain. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang apa yang terjadi, para ilmuwan harus mengambil petunjuk yang ditinggalkan oleh peristiwa ini, dalam bentuk batuan berusia miliaran tahun.

Salah satu tempat untuk menemukan batuan ini adalah Kompleks Gneis Acasta di Kanada utara. Jenis batuan ini dikenal sebagai gneis dan mungkin berusia sekitar 4 miliar tahun. Batuan ini kemungkinan terdorong ke atas dari dalam kerak Bumi.


Batuan purba terbentuk dari partikel halus yang ditekan ke dalam lapisan batuan sedimen di dasar laut, atau terbentuk dari magma cair yang naik dari mantel Bumi.

Yang memberi petunjuk kepada para ilmuwan tentang pembentukan batuan purba adalah apa yang ada di dalamnya. Kristal-kristal kecil yang disebut zirkon dapat terbentuk dalam magma yang mendingin.

Zirkon-zirkon ini sangat kecil, kurang dari selebar rambut manusia, dan kuat, dan bahkan dapat memerangkap unsur-unsur radioaktif seperti uranium. Zirkon-zirkon ini tahan terhadap hal-hal seperti bahan kimia dan bahkan dapat bertahan dari peristiwa-peristiwa geologis. Bagian tengah zirkon adalah potret kecil karakteristik kimia batuan tempat terbentuknya.

“Jika saya memiliki batuan metamorf, saya dapat menggunakan jenis mineral dan kimianya untuk menentukan kondisi yang pernah dialami batuan tersebut pada suatu waktu dalam sejarahnya. Misalnya, suhu 700°C dan tekanan tinggi beberapa ribu kali tekanan atmosfer menunjukkan bahwa batuan tersebut pernah berada jauh di dalam kerak Bumi pada suatu waktu dalam sejarah geologinya,” jelas Profesor Darrell Henry dikutip dari IFL Science.

Sifat zirkon yang dapat memerangkap unsur-unsur menyebabkan penemuan besar pada batuan Nuvvuagittuq dari Teluk Hudson di Kanada. Meskipun sebagian besar berusia 3,2 miliar tahun, sampel kecil mengandung neodymium 142, yang terbentuk dari pemecahan samarium 146.

Tidak ada samarium yang tersisa di Bumi, jadi kristal-kristal ini pasti terbentuk saat samarium masih ada. Dengan membandingkan jumlahnya, para peneliti menyadari bahwa mereka mungkin telah menemukan batuan tertua di Bumi yang berusia 4,28 miliar tahun.

Namun, penemuan itu kontroversial, dengan beberapa pihak mencoba menemukan batuan lain dari area yang sama dengan zirkon yang usianya sama. Salah satu pandangan yang berseberangan menyatakan bahwa batuan itu berusia 3,8 miliar tahun.

Sementara itu, bebatuan di Jack Hills, Australia, ditemukan berusia 4,39 miliar tahun pada 2014. “Hal ini menegaskan pandangan kita tentang bagaimana Bumi mendingin dan menjadi layak huni. Hal ini juga dapat membantu kita memahami bagaimana planet layak huni lainnya terbentuk,” kata Profesor John Valley, seorang ahli geokimia di University of Wisconsin-Madison, dalam sebuah pernyataan pada 2014.

Guinness World Records atau rekor dunia versi Guinness untuk batuan Bumi tertua saat ini dipegang oleh sabuk batu hijau Nuvvuagittuq, yang tercatat berusia 4,28 miliar tahun, sementara batuan beku tertua di Bumi adalah Erg Chech 002, meteorit berusia 4,565 miliar tahun yang ditemukan di Aljazair pada 2020 dan bahkan lebih tua dari Bumi.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version