Sabtu, Oktober 12


Jakarta

Kevin Diks adalah pemain dengan garis keturunan Maluku bermarga Bakarbessy. Darah Indonesia mengalir dari kakek dan neneknya.

Pemain berposisi bek sayap kanan ataupun bek tengah itu menambah daftar pemain keturunan Indonesia-Belanda dari Maluku. Ketum PSSI Erick Thohir memastikan Kevin Diks akan menjalani proses naturalisasi untuk menambah kekuatan Timnas Indonesia.

“Orang tua ibu saya lahir di pulau kecil Ambon dan mereka pindah ke Belanda untuk mencari kehidupan yang lebih baik setelah perang,” kata Kevin Diks di media Denmark, Bold, beberapa waktu lalu.


Kevin Diks (kiri) pernah main di Liga Champions! (Foto: AP/Sven Hoppe)

Menilik data populasi Belanda yang ada di kisaran 17-18 juta penduduk per Oktober 2024, sekitar 2 persen lebih adalah orang-orang Indonesia dari Maluku. Itu berarti ada sekitar 340 ribu – 360 ribu diaspora Indonesia di Belanda.

Sejarah mencatat bahwa orang-orang Maluku banyak bermigrasi dan menetap di Belanda setelah Perang Dunia II. Kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) atau tentara kolonial Hindia Belanda.

Di Belanda, diaspora Indonesia ini beberapa di antaranya menggeluti sepakbola. Makanya, beberapa pemain keturunan yang berlabel Timnas Indonesia asal Belanda pun punya darah Maluku seperti Stefano Lilipaly dan Ezra Walian.

Ketika Indonesia menggaungkan naturalisasi untuk pemain dengan darah keturunan, pemain dari Belanda selalu masuk daftar. Dimulai dari Diego Michiels, Sergio van Dijk, ataupun Jhon van Beukering.

Hanya sedikit pemain keturunan non-Belanda. Di era Timnas Indonesia yang dilatih Shin Tae-yong cuma ada Elkan Baggott dan Jordi Amat yang bukan keturunan Indonesia dari Belanda.

Hanya saja, pemain seperti Kevin Diks yang merupakan keturunan generasi ketiga sudah lekat nuansa Belanda. Dari perawakan fisik, penggunaan bahasa, hingga budaya, mereka lebih condong dengan Belanda.

Di usia muda, mereka biasanya akan lebih condong untuk memilih membela Timnas Belanda. Ketika panggilan tidak kunjung datang, membela Timnas Indonesia pun mulai menjadi opsi.

“Saya terbuka untuk kedua negara (Belanda dan Indonesia). Jelas Belanda punya banyak pemain bintang. Tapi saya pikir saya masih punya potensi buat main buat Belanda lagi. Dua tahun lalu (2018) saya hampir main buat Belanda tapi cedera,” kata Kevin Diks dalam wawancara dengan detikSport pada 2020 lalu.

“Tapi ini (memperkuat Indonesia) soal kebanggaan, saya mau bawa Indonesia ke peta sepakbola dunia, dari saya atau Sandy Walsh yang bermain di Eropa. Saya rasa itu bukan sesuatu yang harus saya putuskan sekarang, karena sejak tiga bulan lalu (Juli 2020) tak ada kontak lagi (dengan PSSI) ke agen saya. Tapi saya sangat terbuka untuk berdiskusi (dengan PSSI) tapi rasanya dari secara regulasi FIFA, masih memungkinkan.”

Di sisi lain para pemain keturunan akan selalu penasaran dengan tanah leluhur. Pergi berlibur ke Indonesia adalah salah satu jalan yang ditempuh untuk melihat langsung negeri asal mereka.

“Saya belum bisa bahasa Indonesia. Paling ‘aku cinta kamu, selamat makan, selamat tidur’. Nenek dan kakek saya mengajarkan saya di kampung dulu. Saya juga tahu beberapa lagu Indonesia. Tapi saya tak mau menyanyikannya sekarang hahahaha,” ujarnya saat itu.

“Pernah ke Indonesia dua kali, salah satunya ke tempat yang dekat dengan Ambon, yang terakhir saya ke Raja Ampat, saya juga pernah ke bali Pulau Gili, dan tentu saja Jakarta. Saya akan datang kembali saat situasi COVID-19 sudah membaik. Mungkin musim panas (pertengahan tahun) selanjutnya (2021),” ujarnya lagi saat itu.

Diks saat ini masih berusia 28 tahun, usia yang sering disebut puncak karier seorang pemain sepakbola. Di era sepakbola modern, karier pemain bisa bertahan sampai usia 35 – 38 tahun yang berarti Diks juga masih punya karier panjang untuk Timnas Indonesia.

(mro/cas)

Membagikan
Exit mobile version