Sabtu, Oktober 5


Yogyakarta

Ikan wader jadi menu andalan banyak rumah makan tradisional. Namun keberadaan menu ini bisa jadi semakin langka karena populasi ikan wader yang jauh berkurang. Ini kata pakar.

Ikan wader adalah ikan air tawar berukuran kecil yang jamak dikonsumsi. Biasanya ikan wader menjadi menu primadona di rumah makan dengan menu tradisional Jawa.

Ikan wader paling jamak digoreng kering dengan tepung hingga menghasilkan sensasi kriuk renyah. Ada juga yang menyukai olahan tumisan wader hingga sambal wader.


Namun penggemar ikan wader bisa jadi mendapati olahan menu ikan ini semakin langka. Hal ini terkait populasinya yang menurun di perairan.

Guru Besar Ilmu Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ir Djumanto, mengatakan faktor pertama yang mempengaruhinya adalah kualitas air habitat ikan wader yang menurun.

Populasi ikan wader yang menurun membuat ikan ini hampir punah. Foto: Getty Images/iStockphoto/prasom99

“Ikan wader ini termasuk kelompok ikan dari keluarga siprinide/cyprinidae yang habitatnya di perairan sungai atau perairan tawar. Ikan wader lebih suka di perairan berpasir atau berkerikil yang relatif dangkal kurang dari satu meter,” ujar Djumanto saat dihubungi detikJogja, Jumat (4/10/2024).

“Namun, populasinya terancam punah karena habitatnya banyak menerima limbah buangan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air. Misal limbah organik rumah tangga seperti kapur, ini bisa menurunkan parameter kimia perairan,” ungkap dia.

Djumanto mengatakan, berdasarkan hasil pengamatannya pada komunitas ikan di beberapa lokasi menunjukkan adanya penurunan jumlah populasi ikan wader.

Lebih lanjut, menurut Djumanto, penurunan populasi ikan wader tidak secara masif, namun gradual selama beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh alih fungsi lahan serta pencemaran sungai oleh limbah rumah tangga.

“Saya tidak mengamati populasi ikan wader secara runtut waktu pada satu lokasi. Namun dari hasil pengamatan komunitas ikan di beberapa lokasi menunjukkan adanya penurunan,” papar Djumanto.

Djumanto menambahkan, selain limbah, faktor penyebab penurunan populasi ikan wader adalah berkurangnya kadar oksigen saat musim kemarau.

“Lalu di musim kemarau ini hujan masih jarang dan oksigen masih sangat rendah. Itu bisa menyebabkan anoksia atau kondisi oksigen sangat berkurang,” kata dia.

“Oksigen berkurang dan banyak bahan organik ini menyebabkan kandungan amonia cukup tinggi, apalagi amonia ini beracun dan bisa mematikan organisme termasuk ikan,” jelas Djumanto.

Selain itu, Djumanto turut menyinggung soal penangkapan non selektif dengan menggunakan alat-alat yang tidak ramah lingkungan. Hal ini bisa menyebabkan penurunan perkembangbiakan ikan wader.

“Penangkapan yang seringkali non selektif, dalam hal ini ada beberapa alat tangkap yang saya masih sering temui itu tidak ramah lingkungan. Saya tidak bisa jelaskan alat-alat apa yang digunakan. Tapi dia menangkap ikan-ikan dari ukuran kecil ke besar dan ini menyebabkan berkurangnya induk-induk ikan,” kata Djumanto.

“Kalau induk berkurang maka pemijahan (berkembang biak) ikan akan mengalami penurunan,” tegas dia.

Ikan wader juga enak dijadikan pepes. Foto: Getty Images/iStockphoto/prasom99

Faktor terakhir yang menyebabkan penurunan populasi ikan wader adalah alih fungsi lahan. Semakin bertambahnya populasi manusia menyebabkan alih fungsi lahan seperti danau atau waduk menjadi pemukiman.

“Alih fungsi lahan seperti perubahan kolam menjadi bangunan yang menyebabkan volume air berkurang. Apalagi di musim kemarau itu seringkali sungai-sungai di Jawa kekeringan. Kalau air tidak ada bagaimana ikan bisa hidup?,” pungkas Djumanto.

Artikel ini sudah tayang di detikjogja dengan judul “Gawat! Ikan Wader Terancam Punah, Pakar UGM Ungkap Biang Keroknya

(adr/adr)

Membagikan
Exit mobile version