Sabtu, Oktober 26

Jakarta

Ikan ‘hantu’ Sungai Mekong, Kamboja yang diyakini telah punah, terlihat tiga kali dalam beberapa tahun terakhir. Ikan apa ini sebenarnya?

Menurut riset yang dipublikasikan dalam jurnal ‘Biological Conservation’, spesies ini tampaknya menghilang dari Sungai Mekong selama beberapa dekade. Ikan raksasa jenis giant salmon carp (Aaptosyax grypus) ini dikenal karena penampilannya yang khas dan memiliki makna simbolis di wilayah Mekong.

“Ikan salmon carp raksasa ini seperti simbol dari wilayah Sungai Mekong,” kata Chheana Chhut, seorang peneliti di Institut Penelitian dan Pengembangan Perikanan Darat Kamboja.


Ikan ini memiliki tonjolan yang mencolok di ujung rahang bawah, bercak kuning di sekitar mata, dan dapat tumbuh hingga 1,2 meter. Ikan ini dapat mencapai berat hingga 30 kilogram. Penampakan terakhir yang dikonfirmasi terjadi pada tahun 2005.

Menurut Chhut, yang juga merupakan salah satu penulis studi tersebut, spesies ini tampaknya telah menghilang dari Sungai Mekong selama beberapa dekade.

Sejak tahun 2017, para ahli biologi di Kamboja bekerja sama dengan komunitas nelayan lokal, meminta mereka untuk melaporkan penampakan ikan yang tidak biasa.

Strategi ini berhasil mengidentifikasi tiga salmon carp raksasa antara tahun 2020 dan 2023 di Sungai Mekong dan salah satu anak sungainya.

“Saya sangat terkejut dan bersemangat melihat ikan ini untuk pertama kalinya,” kata Bunyeth Chan, salah satu penulis studi dan peneliti di Universitas Svay Rieng.

Ikan yang dijuluki ‘ikan hantu’ ini membawa optimisme di kalangan konservasionis.

“Penemuan kembali ini adalah kabar yang sangat menggembirakan,” kata Zeb Hogan, ahli biologi ikan di Universitas Nevada, Reno, yang juga menjadi bagian dari tim peneliti.

Spesies ikan migrasi di Sungai Mekong menghadapi tantangan yang lebih besar dan terancam oleh polusi industri, penangkapan ikan berlebihan, dan pembangunan infrastruktur.

Lebih dari 700 bendungan telah dibangun di sepanjang sungai dan anak sungainya. Akibatnya ini menjadi penghalang bagi ikan-ikan tersebut untuk bermigrasi, kata Brian Eyler, direktur Program Asia Tenggara di Stimson Center di Washington, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Ekspansi besar-besaran proyek pembangkit listrik tenaga air, sebagian didanai oleh pinjaman Laos dari Tiongkok, yang semakin berpengaruh di kawasan ini. Bendungan-bendungan baru tersebut juga mengancam mata pencaharian tradisional di sungai.

“Orang-orang Tiongkok datang dan mengambil semua sumber daya dari tanah ini, pemerintah mendapatkan semua keuntungan, sementara kami tidak mendapatkan apa-apa,” keluh Noi, seorang pengemudi perahu Sungai Mekong yang mata pencahariannya sebagai nelayan dan pengumpul rumput laut sungai telah terganggu oleh perubahan ini.

Para peneliti berharap dapat memperluas kerja sama mereka dengan komunitas di Thailand dan Laos, untuk memastikan apakah ikan salmon carp raksasa masih mendiami bagian lain dari Sungai Mekong.

*Artikel ini ditulis oleh Dita Aliccia Armadani, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(fay/fay)

Membagikan
Exit mobile version