Kamis, Maret 20


Jakarta

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok sampai mencapai level terendah, 6.011,8 pada Selasa (18/3). Hal itu bikin Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada Selasa (18/3) pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Apakah anjloknya IHSG berpengaruh ke industri otomotif?

Dijelaskan Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, pihaknya berharap masalah ini bisa segera diselesaikan sehingga investor nyaman berbisnis di Indonesia.

“Saya rasa tidak hanya Indonesia. Seluruh dunia juga, beberapa negara mengalami indeks yang merosot. Wall Street aja merosot. Kita berharap ini tidak berlangsung lama, cepat diselesaikan. Kita berharap pemerintah bisa kasih positive sign ke investor, sehingga harapannya mereka masuk lagi,” ungkap Bob di sela-sela acara buka bersama Toyota Indonesia di Jakarta, Selasa (18/3/2025).


“Karena Indonesia itu potensi marketnya besar. Kemudian penduduknya masih muda. Demand-nya akan meningkat terus. Kemudian kalau kita masuk ke green, kita punya sumber karbon yang bisa menyerap karbon yang luar biasa, ada hutan, geothermal. Jadi nggak ada alasan pesimis untuk Indonesia, yang penting semua stakeholder bisa kompak,” tambah Bob.

Kabar terbaru hari ini, Kamis (20/3), IHSG dikabarkan menguat 63,85 poin atau 1,01 persen ke posisi 6.375,51. Dikutip dari situs Antara, hal itu terjadi seiring pelaku pasar merespons positif keputusan Bank Indonesia (BI) dan The Fed yang menahan tingkat suku bunga acuannya.

Kembali ke industri otomotif Indonesia, Bob berharap tahun ini kondisi market kurang lebih sama seperti tahun lalu. Bob juga berharap pemerintah Indonesia bisa memberi insentif ke konsumen otomotif, karena itu bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Jadi domestic market itu harus jadi prime mover. Jadi dalam beberapa kesempatan dengan pemerintah, kita minta ‘tolong dong pak dikasih insentif konsumen kita di dalam negeri’. Kalau dia daya belinya kembali, itu akan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Tapi dari sisi pemerintah, mereka juga bilang sedang berada dalam fiskal terbatas,” ungkap Bob.

Bob menambahkan, pemberian insentif kepada industri otomotif terbukti bisa meningkatkan revenue. Dan di sisi lain, peningkatan pajak tak selalu berakhir pada peningkatan revenue. Bisa sebaliknya.

“Jadi kita berharap pemerintah menempuh yang pertama itu, memberikan relaksasi yang pada akhirnya revenue dari pajak itu akan naik. Itu tak hanya pengalaman kita saat Covid-19 lalu, negara-negara lain juga begitu. Di Jepang ada satu kota, Nagoya misalnya, mereka memberikan insentif dan dalam 3 tahun revenue-nya naik. Itu Jepang yang konsumsinya sudah turun. Indonesia yang konsumsinya bagus, saya yakin akan cepat return-nya ke revenue pemerintah,” tukas Bob

(lua/dry)

Membagikan
Exit mobile version