Rabu, Maret 26


Jakarta

Direktur Keuangan dan Strategi PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID Food, Susana Indah Kris Indriati buka-bukaan soal kondisi utang perusahaan. ID Food diketahui terlilit utang triliunan rupiah hingga menjadi sorotan komisi VI DPR RI.

Indah mengatakan, tahun 2023 utang perusahaan tercatat berada di level Rp 8,16 triliun. Namun angkanya terus turun menjadi Rp 7,8 triliun di 2024, lalu turun lagi ke level Rp 7,4 triliun pada Februari 2025.

“Utang memang di 2023 itu sekitar Rp 8,16 triliun. Tetapi dengan perjalanan waktu di 2024 sampai dengan posisi yang terakhir Februari ini kita berhasil menurunkan utang tersebut. Jadi dari Rp 8 triliun, kemudian di 2024, itu sekitar Rp 7,8 triliun. Kemudian sampai dengan Februari ini sudah Rp 7,4 triliun,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (24/3/2025).


Menurutnya persoalan utang menjadi fokus perusahaan untuk segera diselesaikan. Indah menyebut ID Food terbebani oleh bunga yang ditetapkan hingga mempengaruhi kinerja perusahaan.

“Ini memang menjadi fokus utama kami juga, bagaimana kita berusaha untuk secepatnya menurunkan utang ke bank. Karena ini memang bunganya juga terus akan membebani dari kami secara keseluruhannya

Adapun tahun lalu ID Food mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 11% menjadi Rp 32,3 triliun dibanding tahun 2023 yang sebesar Rp 29,97 triliun. Lalu ekuitas meningkat 3% menjadi Rp 16,4 triliun di 2024 dari sebelumnya Rp 15,8 triliun di 2023.

ID Food juga mencatatkan revenue di angka Rp 18,3 triliun tahun lalu, meningkat 20% dibanding tahun 2023 yang sebesar Rp 15,2 triliun. Meski begitu laba ID Food justru menurun menjadi Rp 92 miliar di 2024 dari sebelumnya Rp 234 miliar di tahun 2023.

“Dan net income yang kita bukukan ini memang mengalami penurunan yaitu di 2023 kita berhasil membukukan Rp 234 miliar, tetapi di 2024 ini menjadi unaudited, belum kita lalui proses auditednya, menjadi Rp 92 miliar,” tutur Indah.

Indah menjelaskan turunnya laba perusahaan disebabkan oleh proses PKPU yang dialami anak usahanya, PT Rajawali Nusindo. Menurutnya Rajawali Nusindo merupakan salah satu penyumbang terbesar pendapatan ID Food.

Simak juga Video ‘BPOM Ungkap Meningkatnya Tempat Produksi Pangan Tak Penuhi Ketentuan’:

Saksikan Live DetikSore:

(ily/kil)

Membagikan
Exit mobile version