Rabu, November 6


Badung

Helikopter wisata yang terjatuh di kawasan Pecatu, Bali ternyata tidak dilengkapi dengan kotak hitam. Kok bisa?

Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), helikopter dengan kode penerbangan PK-WSP itu tidak memiliki kotak hitam atau black box.

“Helikopter tidak punya black box. Sudah kami pastikan helikopter ini tidak punya kotak hitam,” kata Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV, Agustinus Budi Hartono, di lokasi jatuhnya helikopter, Sabtu (20/7/2024).


Meski helikopter tersebut tidak dilengkapi dengan black box, rupanya hal itu sudah sesuai dengan ketentuan. Agustinus menjelaskan hal itu diatur dalam Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) 91.

Menurut aturan tersebut, helikopter diperbolehkan memakai black box jika kapasitasnya di atas 19 orang dan bobotnya lebih dari lima ton.

Sedangkan helikopter tipe BELL 505 yang terjatuh di kawasan Suluban, Pecatu, itu memiliki bobot hanya 3.680 kilogram (kg).

“Helikopter ini memang bisa (diterbangkan) single pilot. Ketinggian (terbang) maksimalnya 10 ribu feet,” jelas Agustinus.

Ia menegaskan helikopter yang jatuh itu laik terbang. Kelaikannya baru diterbitkan 25 Juni 2024 dan berlaku selama setahun.

Meski tidak ada black box, proses investigasi terkait penyebab jatuhnya helikopter tersebut tetap dilanjutkan. Tim investigasi akan menganalisis rekaman percakapan pilot dengan operator penerbangan atau menara ATC di Airnav Bandara Internasional Ngurah Rai.

Saat ini, tim KNKT telah selesai melakukan investigasi terkait insiden jatuhnya helikopter Bali Helitour tersebut. Namun, KNKT belum dapat membeberkan hasil investigasinya.

“Saya belum bisa menjawab (hasil investigasi),” kata Harry, salah satu petugas KNKT.

Federal Aviation Administration atau FAA sendiri tidak mewajibkan sebagian besar helikopter untuk memiliki black box.

Kotak hitam adalah alat untuk merekam data selama pesawat terbang yang bisa dianalisis untuk membantu mencari tahu atau menentukan penyebab kecelakaan pesawat.

Agustinus pun tak mau berspekulasi terkait dugaan jatuhnya helikopter itu akibat baling-balingnya terjerat tali layangan.

“Kami belum berani menyebutkan itu meski fakta di lapangan ditemukan ada itu (tali layangan melilit). Untuk kepastian masih perlu dicek,” tegas Agustinus.

——-

Artikel ini telah naik di detikBali.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version