Minggu, Juni 30


Jakarta

Heboh pria di Kabupaten Indramayu berinisial SH (22) dilarikan ke rumah sakit karena ditemukan ada 70 paku berkarat dalam perutnya. Tim dokter menyebut bahwa pria dengan masalah gangguan jiwa tersebut mengonsumsi paku dalam waktu satu tahun terakhir.

Tidak hanya itu, dokter juga menemukan jarum pentul di dalam tubuhnya. Operasi selama dua jam dilakukan untuk mengeluarkan seluruh benda tajam dari tubuhnya. Rata-rata ukuran pakunya mencapai 4-7 sentimeter.

“Kondisinya pada saat itu memang sudah berkarat dan kondisinya sudah berkumpul menjadi satu di dalam lambung,” kata Direktur RSUD Indramayu dr Deden Bonni Koswara dikutip dari detikJabar.


Terlepas dari kejadian itu, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH menjelaskan besi yang masuk ke dalam sistem pencernaan dapat meningkatkan risiko kelebihan zat besi. Hal itu dapat terjadi apabila ‘benda asing’ tersebut sudah masuk dalam sistem pencernaan dalam waktu yang lebih lama, terlebih apabila besi juga mulai berkarat.

“Besi berkarat adalah besi yang teroksigenasi. Pada prinsipnya adalah tetap zat besi. Kelebihan zat besi bisa menyebabkan hemokromatosis, konstipasi (susah buang air besar), BAB hitam, dan gejala lainnya bahkan bisa timbul gejala keracunan logam yang lebih berat. Tetapi bila yang terserap sangat sedikit kadang-kadang gejalanya tidak terlalu kelihatan,” kata dr Aru ketika dihubungi detikcom, Selasa (25/6/2024).

“Besi dalam bentuk paku sulit dicerna, kelamaan karena oksigenasi maka akan terbentuk karat yang prosesnya akan membutuhkan waktu yang lama. Berbeda bila kita makan zat besi dalam bentuk serbuk halus yang bisa segera diserap oleh lambung kita dan akan menyebabkan gangguan di sistem tubuh kita,” sambungnya.

Lebih lanjut soal dampaknya pada tubuh, bagaimana dengan risiko infeksi akibat besi berkarat masuk dalam tubuh? dr Aru menjelaskan bahwa secara umum karat pada besi tidak akan menyebabkan infeksi.

Risiko infeksi baru akan muncul apabila ada paparan dari kuman atau bakteri dari paku berbahan besi yang masuk dalam tubuh.

“Karat tidak menyebabkan infeksi kecuali ada kontaminasi kuman-kuman dan bakteri. Karat adalah besi yang teroksigenasi, sedangkan infeksi adalah paparan dari kuman,” kata dr Aru.

“Kalau misalnya pakunya diambil dari tanah atau tempat sampah yang kotor, sudah bisa dipastikan ada kontaminasi kuman di dalamnya,” tandasnya.

(avk/up)

Membagikan
Exit mobile version