Rabu, April 2


Jakarta

Aktivitas pembukaan lahan di area perkebunan Teh Sukawana milik PTPN VIII, tepat di dekat Gunung Tangkuban Parahu, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), memicu kehebohan di media sosial. PTPN VIII memberikan penjelasan terkait aktivitas tersebut.

Foto dari udara yang diambil oleh Deni Sugandi, seorang fotografer dan pegiat wisata bumi, menunjukkan tanah berwarna coklat menodai hamparan hijau vegetasi di Kawasan Bandung Utara (KBU) tersebut.

Kepala SKW IV Purwakarta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Vitriana Yulalita mengatakan, pihaknya langsung mengecek lokasi pembukaan lahan tersebut.


“Hari ini sesuai arahan pimpinan, kami mengecek langsung ke area pembukaan lahan di kawasan perkebunan teh PTPN VIII,” kata Vitriana saat dikonfirmasi, Jumat (28/3/2025).

Berdasarkan hasil pengecekan, pihaknya memastikan kalau area yang tanamannya kini sudah berganti menjadi tanah coklat itu berada di luar area Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu.

“Jadi itu di luar dari CA (Cagar Alam) dan TWA Gunung Tangkuban Parahu, tapi ada di dalam area instansi lain dalam hal ini PTPN VIII,” kata Vitriana.

Hal itu lantaran pimpinannya memastikan tidak mengeluarkan izin apapun terkait pembukaan lahan di area Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu.

“Jadi memang pimpinan kami tidak mengeluarkan izin apapun soal itu, dan setelah dipastikan itu memang masih jauh dari wilayah konservasi CA dan TWA Tangkuban Parahu,” kata Vitriana.

Diberitakan sebelumnya, Deni Sugandi mengatakan foto itu diambil saat ia dan rekan-rekannya dari asosiasi profesi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI) sedang melaksanakan kegiatan geourban di trek 11 Perkebunan Teh Sukawana menuju Kawah Upas Gunung Tangkuban Parahu.

“Foto itu saya ambil 23 Maret 2025 waktu pelaksanaan kegiatan geourban via trek 11 Sukawana. Di perjalanan saya menerbangkan drone untuk melihat bentang alam di jalur yang saya lewati,” kata Deni Sugandi.

Dari ketinggian, drone yang diterbangkannya menangkap adanya kondisi alam yang berubah di area tersebut. Pemandangan kontras itu kemudian diabadikan sebagai bukti.

“Jadi karena drone enggak bisa sampai atas lokasinya, akhirnya saya pakai zoom untuk mengambil fotonya,” kata Deni Sugandi.

Artikel ini telah tayang di detikjabar

(sym/sym)

Membagikan
Exit mobile version