Sabtu, Desember 21

Jakarta

Senjata kimia diduga marak digunakan dalam perang antara Rusia dengan Ukraina. Terbunuhnya Igor Kirillov, salah satu jenderal paling terkenal di Rusia, dalam sebuah ledakan di Moskow, membuat senjata kimia makin disorot.

Sebagai kepala pasukan Radiation, Chemical and Biological Protection, dia dituding negara barat bertanggungjawab dalam penggunaan senjata kimia dalam perang di Ukraina.

Otoritas Rusia menahan tersangka terkait pembunuhan yang disebut warga Uzbekistan. Tersangka ini disebut direkrut oleh pasukan Ukraina untuk membunuh sang jenderal.


“Seorang warga negara Uzbekistan, kelahiran 1995, ditangkap atas dugaan melakukan serangan yang menewaskan komandan pasukan pertahanan radiologi, kimia, dan biologi Rusia, Igor Kirillov, dan asisten Ilya Polikarpov,” kata Komite Investigasi Rusia yang dikutip detikINET dari BBC, Kamis (19/12/2024).

Komite Investigasi Rusia menyebut warga negara Uzbekistan, yang tidak disebut namanya itu, direkrut pasukan khusus Ukraina. Sumber di militer Ukraina membenarkan mereka adalah dalangnya dan menilai Kirillov adalah target sah terkait kejahatan perang.

Kirillov dan ajudannya tewas akibat bahan peledak yang ditanam di skuter listrik, yang meledak saat ia meninggalkan bangunan tempat tinggalnya di tenggara Moskow. Kantor Luar Negeri Inggris melabelinya sebagai corong disinformasi Kremlin, karena kerap mengumbar informasi yang tidak didukung fakta.

Tugas Radiation, Chemical and Biological Protection yang dia pimpin adalah mengidentifikasi bahaya dan melindungi unit dari kontaminasi kimia tapi juga menyerang musuh. Salah satu senjatanya kemungkinan adalah sebuah sistem yang dapat menghancurkan target menggunakan hulu ledak termobarik yang sangat berbahaya bagi manusia.

Kantor Luar Negeri Inggris menuding pasukan Kirillov mengerahkan senjata kimia biadab di Ukraina, di mana banyak laporan tentang penggunaan agen pencekik beracun chloropicrin. Sebelum pembunuhannya, Ukraina menyatakan ia terlibat pidana penggunaan massal senjata kimia terlarang Ukraina.

Disebut bahwa ada lebih dari 4.800 kasus Rusia menggunakan amunisi kimia di wilayah Ukraina sejak invasi di Februari 2022. Dikatakan zat beracun telah digunakan dalam serangan drone serta granat tempur Rusia.

Kirillov tenar sejak awal perang karena melontarkan serangkaian klaim yang ditujukan kepada Ukraina dan negara Barat. Di antaranya adalah bahwa AS telah membangun laboratorium senjata biologis di Ukraina. Hal itu digunakan untuk membenarkan invasi skala penuh terhadap Ukraina.

(fyk/fay)

Membagikan
Exit mobile version