Minggu, September 22


Nusa Dua

Harga beras Indonesia disebut konsisten menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Hal ini diungkapkan oleh Country Director for Indonesia and Timor-Leste, World Bank, Carolyn Turk.

Menurut Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso salah satu alasan mengapa beras Indonesia mahal karena rantai pasok yang sangat panjang.

Panjangnya rantai pasok itu diperparah juga dengan kesulitan petani mendapatkan kebutuhan dari pupuk hingga bibit unggul. Hal ini diungkapkan Sutarto saat ditemui di Indonesia International Rice Conference (IIRC), The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Jumat (20/9) kemarin.


“Nah saya biasa di lapangan, memang betul panjang (rantai pasok). Jadi dari petani itu, petani yang bekerja 4 bulan sudah mendapatkan pupuknya susah, ya kan, mendapatkan benih yang berkualitas juga susah, sehingga ada yang beli melalui online, online kualitasnya tidak jelas. Yang begini harusnya dikontrol, sehingga produktivitas terganggu,” kata dia, dikutip Minggu (22/9/2024).

Selain rantai pasok panjang di sisi produksi, saat pasca panen juga banyak tangan yang akan masuk. Dia mencontohkan banyak makelar yang bertingkat untuk mendistribusikan hasil produksi tersebut.

“Makelar ini misalnya saya penggilingan padi misalnya di Ngawi gitu ya, atau di Jombang. Itu saya punya maklar di Lampung, gitu kan. Nah makelar ini mengkoordinir makelar-makelar yang ada di bawah. Yang di bawah nanti, ini sudah berapa? Ini kan yang menyebabkan kita itu mahal, salah satunya (beras Indonesia termahal di ASEAN),” ungkap dia.

Namun, Sutarto mengatakan harga beras Indonesia bukan menjadi yang tertinggi pertama di ASEAN. Menurut dia harga beras tertinggi di atas Indonesia ada Singapura.

“Kalau saingannya dengan ASEAN itu biasanya dengan Filipina, jangan dibandingkan dengan Singapura. Kalau Singapura itu harganya kan pasti tinggi. Mungkin dengan Filipina itu agak imbang, karena kita impor yang terbesar di ASEAN itu kan sekarang ini Indonesia dan Filipina,” ucapnya.

Sutarto mengungkap selain Indonesia, negara-negara di ASEAN juga mulai meningkatkan impor berasnya seperti Malaysia dan Filipina.

“Meskipun Malaysia tahun ini juga impornya termasuk kayak, nggak tau, pokoknya juga karena takut juga. Tidak pernah 1,5 juta ton, sekarang 1,5 juta ton. Biasanya hanya sekitar 1 juta lebih. Filipina sekarang juga impornya 3 jutaan. Itu juga luar biasa gitu,” tuturnya.

“Nah Indonesia, nampaknya tahun ini akan menjadi 3,7, akan hebat juga gitu kan,” pungkasnya.

Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) mengungkapkan harga beras Indonesia menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Padahal menurut survei kesejahteraan petani Indonesia masih rendah.

“Konsumen Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi daripada di negara-negara ASEAN,” ungkap Country Director for Indonesia and Timor-Leste, World Bank, Carolyn Turk dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC), di The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024).

Simak Video: Efek Perubahan Iklim Gagal Panen hingga Harga Beras Naik

[Gambas:Video 20detik]

(ada/das)

Membagikan
Exit mobile version